Home / GLOBAL / Zelensky Kecam Diamnya AS dan Sekutu Saat Rusia Kuasai Wilayah Baru di Ukraina

Zelensky Kecam Diamnya AS dan Sekutu Saat Rusia Kuasai Wilayah Baru di Ukraina

KYIV, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat atas sikap diam mereka setelah Rusia kembali merebut tiga desa di perbatasan Ukraina.

Menurutnya, kurangnya respons dari komunitas internasional akan memberi ruang bagi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melancarkan agresinya.

Sebagaimana diberitakan New York Post, Minggu (25/5/2025), Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim bahwa tentaranya telah menguasai Desa Stupochky dan Otradne di wilayah Donetsk, serta Desa Loknya di wilayah Sumy, bagian utara Ukraina. 

Baca juga: Rekor Terbanyak, Rusia Serang Ukraina dengan 355 Drone dalam Semalam

Moskwa menyebut pencapaian ini sebagai bukti bahwa pasukannya perlahan-lahan berhasil menembus pertahanan Ukraina.

Serangan terbaru ini terjadi hanya beberapa jam setelah Rusia meluncurkan 367 drone dan rudal ke 30 kota dan desa di Ukraina pada Sabtu malam. Sedikitnya 12 warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.

Menanggapi situasi ini, Zelensky menyampaikan kekecewaannya terhadap kurangnya reaksi internasional. 

“Diamnya AS dan negara-negara lain di dunia hanya mendorong Putin untuk terus menyerang,” kata Zelensky dalam pernyataan resminya. 

Ia juga menekankan bahwa setiap serangan seperti ini seharusnya cukup menjadi alasan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.

Kendati demikian, pihak Ukraina membantah klaim Rusia telah merebut tiga desa tersebut. 

Pemerintah di Kyiv menyatakan bahwa pasukan Ukraina masih bertahan di wilayah-wilayah itu. 

Meski klaim kedua pihak belum bisa diverifikasi secara independen karena pertempuran yang berlangsung sengit, sebuah blog militer populer di Ukraina menyebut bahwa pasukan Rusia memang telah mulai membangun posisi di desa-desa perbatasan di Sumy.

Kyiv juga menuduh Moskwa sedang mengejar sebanyak mungkin keuntungan wilayah selagi tekanan dari Barat terhadap Rusia mereda. 

Baca juga: Serangan Udara Terbesar Rusia ke Ukraina, Kerahkan 367 Drone dan Rudal

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, yang pernah menyatakan akan mengakhiri perang pada “hari pertama” masa jabatan keduanya jika terpilih, justru menyiratkan kemungkinan untuk menarik diri dari upaya negosiasi.

AS pun tampak enggan mengikuti langkah Inggris yang pekan lalu menjatuhkan sanksi terhadap “armada bayangan” Rusia—sekitar 200 kapal yang digunakan untuk mengangkut minyak Rusia ke berbagai penjuru dunia. 

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan, pemerintahnya masih mendorong rancangan undang-undang untuk mengenakan tarif sebesar 500 persen terhadap pembeli minyak dan gas Rusia.

Namun, ia menegaskan bahwa langkah tersebut bisa dibatalkan jika Trump menolak.

“Presiden percaya bahwa jika kita mulai menjatuhkan sanksi sekarang, Rusia akan berhenti berbicara. Masih ada nilai dalam menjaga jalur dialog terbuka agar mereka mau duduk di meja perundingan,” ujar Rubio dalam pernyataannya.

Baca juga: Trump Sebut Putin Gila dan Peringatkan Kejatuhan Rusia jika Ambil Alih Ukraina

 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *