TEL AVIV, KOMPAS.com — Pusat Kota Tel Aviv, yang biasanya ramai oleh kendaraan dan pejalan kaki, tampak lengang dan senyap pada Minggu (15/6/2025) sore, akibat banyaknya warga yang mengungsi ke tempat aman.
Situasi tersebut mencerminkan kekhawatiran mendalam warga, menyusul konflik antara Israel dan Iran yang semakin memanas.
Sejak Israel melancarkan serangan besar ke sejumlah wilayah di Iran pada Jumat lalu yang menewaskan lebih dari 220 orang, termasuk 70 perempuan dan anak-anak, kehidupan di kota terbesar Israel ini berubah drastis.
Baca juga: Teheran Macet Parah, Ribuan Warga Iran Mengungsi dari Serangan Israel
Respons Iran berupa rentetan rudal balasan membuat situasi kian mencekam.
Kementerian Pertahanan Israel menetapkan status darurat nasional segera setelah serangan dilancarkan.
Akibatnya, kafe, toko, sekolah, dan transportasi publik tutup atau hanya beroperasi terbatas.
Amit, seorang warga Tel Aviv, mengungkapkan ketakutannya hingga memutuskan untuk keluar dari rumahnya.
“Ini momen paling menegangkan sejak perang dimulai,” ujarnya.
Ia dan pasangannya, Eitan, untuk pertama kalinya sejak konflik 7 Oktober 2023, mengungsi ke tempat darurat.
Warga lainnya, Daniel, seorang ibu dua anak, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ketidakpastian kini menghantuinya.
“Rasanya seperti main rolet Rusia. Sulit hidup di negara ini, tapi saya percaya pada tentara dan rakyat kami,” katanya.
Sementara itu, Niv, pelatih sepak bola, mengaku meninggalkan Tel Aviv untuk berlindung di rumah keluarga pasangannya yang memiliki ruang aman.
“Perang kali ini lebih serius. Sebagian besar bangunan di Tel Aviv tidak punya perlindungan yang cukup,” katanya.
“Iran berhasil menciptakan tekanan sampai seluruh Tel Aviv kosong,” imbuhnya.
Hingga Minggu dini hari, enam orang tewas akibat serangan rudal di Bat Yam, kota di selatan Tel Aviv. Di Tamra, satu keluarga tewas setelah rumah mereka dihantam.
Baca juga: Bantah Klaim Israel, Intelijen AS Nilai Iran Tidak Aktif Kembangkan Senjata Nuklir