Jakarta – Konsumsi semen domestik melonjak tajam sebesar 29,3% secara tahunan (YoY) pada April 2025 menjadi 3,92 juta ton. Kenaikan ini disebabkan oleh pergeseran waktu Ramadan dan Lebaran yang kali ini jatuh pada April. Meski begitu, jika digabungkan dengan volume Maret, total penjualan selama dua bulan terakhir justru turun sebesar 2,3% YoY.Semen kantong menunjukkan ketahanan dengan permintaan yang relatif stabil, sementara semen curah tetap berada dalam kondisi lemah. Secara kumulatif, volume penjualan semen dalam negeri selama empat bulan pertama 2025 (4M25) menurun 1,3% YoY menjadi 17,08 juta ton, sejalan dengan pola historis tahunan.Pertumbuhan tertinggi masih terjadi di Pulau Jawa, sedangkan wilayah di luar Jawa mencatat sedikit penurunan. Ini menunjukkan masih adanya ketimpangan permintaan antara pusat pembangunan dan daerah.“Tren ini menunjukkan pemulihan musiman, tapi belum cukup untuk mengangkat kinerja tahunan secara keseluruhan,” ujar Analis Mirae Asset Sekuritas, Andreas Saragih dalam risetnya, dikutip Senin (26/5/2025).PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat penjualan domestik yang solid di April 2025 sebesar 1,93 juta ton, naik 34,5% YoY. Kinerja ini mendorong pangsa pasarnya naik menjadi 49,1%, terbesar di antara para pemain industri. Namun, jika melihat total penjualan gabungan Maret dan April, SMGR justru mengalami penurunan sebesar 6% YoY, menandakan tekanan yang belum usai.Permintaan semen curah yang masih lemah menjadi penyebab utama, di samping performa semen kantong SMGR yang juga di bawah rata-rata industri. Namun, secara total, volume grup SMGR untuk 4M25 naik tipis 1,2% YoY menjadi 11,28 juta ton. Pertumbuhan ini ditopang oleh penjualan regional di luar negeri yang meningkat tajam 20,2% YoY.“SMGR masih bergantung pada ekspor dan penjualan regional untuk menutup pelemahan di pasar domestik, terutama di segmen semen curah,” jelas Andreas. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat pertumbuhan penjualan April sebesar 18,7% YoY menjadi 1,1 juta ton, didorong oleh kenaikan permintaan semen kantong. Namun secara bulanan (MoM), kinerja menurun dan total penjualan gabungan Maret–April hanya turun tipis 2,8% YoY.Meski tumbuh secara tahunan, INTP justru kehilangan pangsa pasar di bulan April, turun menjadi 28,2%. Secara kumulatif, volume penjualan 4M25 juga terkoreksi 1,5% YoY. Penurunan ini sebagian besar berasal dari melemahnya penjualan di Jawa, sementara wilayah luar Jawa mencatat pertumbuhan.“Permintaan di luar Jawa masih menyelamatkan INTP dari penurunan yang lebih dalam, tapi hilangnya pangsa pasar menunjukkan perlunya strategi lebih agresif,” tutur Andreas. Meskipun terjadi pemulihan musiman pada April, sektor semen secara keseluruhan masih dibayangi tantangan besar. Minimnya belanja infrastruktur, lemahnya daya beli masyarakat, dan persaingan harga yang ketat terus menekan kinerja produsen.Baik SMGR maupun INTP masih tertinggal dibandingkan rerata industri dalam penjualan semen curah. Peningkatan proporsi penjualan dari segmen ber-margin rendah seperti semen curah dan merek “fighting brands” diperkirakan akan menekan harga jual rata-rata (ASP) dan profitabilitas perusahaan. Ini membuat prospek jangka pendek sektor ini tetap konservatif.”Kami mempertahankan rating Neutral untuk sektor semen, dengan rekomendasi hold untuk SMGR (target harga Rp 2.800) dan INTP (target harga Rp5.600). Namun, kami lebih memilih INTP karena posisi pasar yang lebih kuat dan potensi dari akuisisi Semen Grobogan,” ulas Andreas. Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Volume Penjualan Semen Melonjak pada April, Begini Prospek Saham Semen

Tag:Breaking News