Home / HEALTH / Vitamin Sintetis vs Alami, Apa Perbedaannya? Ini Kata Dokter

Vitamin Sintetis vs Alami, Apa Perbedaannya? Ini Kata Dokter

KOMPAS.com – Vitamin menjadi nutrisi penting yang berperan menjaga daya tahan tubuh hingga menunjang fungsi organ.

Selain didapat dari makanan alami, vitamin juga tersedia dalam bentuk suplemen sintetis.

Tapi mana yang sebenarnya lebih baik dikonsumsi: vitamin sintetis atau vitamin alami?

Baca juga: Sering Lelah dan Mengantuk? Bisa Jadi Tubuh Kekurangan Vitamin Ini

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) IPB University, dr. Agil Wahyu Wicaksono, MBiomed, menjelaskan bahwa keduanya memiliki sumber yang berbeda.

“Vitamin sintetis dan alami memiliki asal-usul yang berbeda. Vitamin alami diperoleh dari sumber makanan utuh seperti tumbuhan dan hewan. Sementara vitamin sintetis dibuat di laboratorium melalui proses kimia untuk meniru struktur kimia vitamin alami,” jelasnya dikutip dari laman IPB University, Senin (19/5/2025).

Baca juga: Minum Kopi Setelah Konsumsi Vitamin, Aman atau Risiko? Ini Kata Dokter

Menurut dr. Agil, beberapa vitamin sintetis justru lebih mudah diserap dibandingkan bentuk alaminya. Namun, ini tergantung pada jenis vitaminnya.

Dalam hal penyerapan oleh tubuh atau bioavailabilitas, ia mengatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa bentuk sintetis dari nutrien tertentu, seperti folat, dapat lebih mudah diserap dibandingkan bentuk alaminya.

Sementara dari segi manfaat, vitamin alami dinilai unggul dalam beberapa kasus, misalnya dalam mendukung kesehatan kardiovaskular.

Meski begitu, studi lain tidak menemukan perbedaan signifikan antara bentuk sintetis dan alami untuk vitamin tertentu seperti vitamin C.

“Karena itu, pemilihan antara vitamin sintetis dan alami sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan individu, keterbatasan diet, serta tujuan kesehatan secara keseluruhan,” imbuhnya.

Baca juga: Efek Samping Kelebihan Vitamin B12 dari Suplemen

Vitamin sintetis kerap digunakan dalam kondisi medis tertentu seperti kekurangan gizi, kehamilan, atau gangguan penyerapan nutrisi.

Ia juga mengatakan bahwa vitamin sintetis dapat bermanfaat untuk mengatasi kekurangan nutrisi tertentu.

Selain itu, vitamin sintetis lebih stabil dan bisa diberikan dengan dosis presisi, sehingga sering digunakan dalam terapi medis.

Baca juga: Badan Lemas? Ini Vitamin dan Mineral yang Bisa Membantu

Meskipun bermanfaat, konsumsi vitamin sintetis dalam jangka panjang tetap mengandung risiko, terutama jika tidak diawasi dokter.

“Salah satu risiko utama adalah toksisitas akibat akumulasi vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K di dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan efek samping serius, termasuk kerusakan hati dan gangguan sistem saraf,” ungkapnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *