WASHINGTON DC, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Minggu (25/5/2025) mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan menyebutnya “gila” akibat serangannya terhadap sejumlah kota di Ukraina.
Trump juga memperingatkan, jika Putin berusaha mengambil alih seluruh wilayah Ukraina, hal tersebut justru dapat menyebabkan kejatuhan Rusia.
Komentar keras Trump ini termasuk langka dan muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangkaian serangan drone atau pesawat nirawak Rusia yang menewaskan sedikitnya 13 orang di berbagai wilayah Ukraina.
Baca juga: Serangan Udara Terbesar Rusia di Ukraina Tewaskan 12 Orang, Termasuk Anak-anak
Serangan tersebut terjadi meskipun ada pertukaran tahanan dan tekanan dari AS agar tercapai gencatan senjata.
“Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi gila!” kata Trump dalam unggahan di platform Truth Social.
“Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan kejatuhan Rusia!” tambah Trump, dikutip dari AFP pada Senin (26/5/2025).
Selain mengkritik Putin, Trump juga melontarkan komentar pedas kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Selama ini, Zelensky lebih sering menjadi sasaran kritik Trump. Kali ini, Trump menuding Zelensky tidak membantu negaranya dengan cara berbicara seperti sekarang.
“Semua yang keluar dari mulutnya menyebabkan masalah, saya tidak menyukainya, dan sebaiknya itu dihentikan,” ucap Trump mengenai Zelensky.
Baca juga: Serangan Drone Rusia Guncang Ibu Kota Ukraina, 3 Tewas dan 11 Terluka
Sebelumnya pada hari yang sama, Trump menyatakan ketidaksenangannya atas serangan terbaru Rusia.
“Saya sudah lama mengenalnya, selalu akur dengannya, tetapi dia mengirim roket ke kota-kota dan membunuh orang, dan saya sama sekali tidak menyukainya,” katanya saat berbicara kepada wartawan di landasan pacu Bandara Morristown sebelum menaiki Air Force One menuju Washington.
Pernyataan Trump ini disampaikan di saat para sekutu Eropa, bahkan sebagian anggota Partai Republik, menyerukan agar tekanan terhadap Rusia diperbesar demi mencapai gencatan senjata, terkait perang Rusia-Ukraina.
Namun, Trump selama ini memilih tidak memberikan ultimatum keras kepada Moskwa. Ia justru mengancam akan menghentikan negosiasi jika kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan.
Ketika ditanya di landasan pacu tentang kemungkinan memperketat sanksi terhadap Rusia, Trump mengaku sedang mempertimbangkannya menyusul eskalasi kekerasan baru-baru ini.
“Ia membunuh banyak orang. Saya tidak tahu apa yang salah dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya, kan? Ia membunuh banyak orang. Saya tidak senang dengan itu,” tutur Trump.
Pernyataan tersebut berbeda dengan kesaksian Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, di Kongres awal minggu ini. Rubio mengatakan Trump percaya bahwa ancaman sanksi saat ini justru bisa membuat Rusia berhenti berunding.
Trump dan Putin sempat menggelar pembicaraan telepon selama dua jam pada Senin lalu. Setelah itu, Trump mengatakan, Moskwa dan Kyiv akan segera memulai negosiasi guna mencapai gencatan senjata.
Baca juga: Trump Klaim Rusia-Ukraina Sepakat Segera Berunding Gencatan Senjata
Meski begitu, Putin tidak memberikan komitmen untuk menghentikan invasi yang sudah berlangsung selama tiga tahun itu.
Ia hanya mengumumkan rencana samar terkait pembuatan “memorandum” yang akan merinci tuntutan Rusia untuk perdamaian.