New Delhi – Di tengah lonjakan suhu musim panas yang bisa mencapai hampir 40 derajat Celsius, keluarga miskin di India menghadapi dilema hidup yang semakin nyata: bertahan dalam panas ekstrem atau menyambung hidup dengan pengorbanan lainnya.Sheetal Kumari (21), seorang mahasiswa yang tinggal di permukiman kumuh di pinggiran New Delhi, tak pernah menggunakan AC sebelumnya. Rumahnya yang sempit dan minim ventilasi membuat musim panas terasa seperti neraka.Suatu waktu, panas yang ekstrem membuat adik perempuannya harus dirawat di rumah sakit. Setelah insiden itu, keluarganya tak punya pilihan lain selain menyewa dua unit pendingin udara.Namun, kenyamanan tersebut tidak datang tanpa pengorbanan. Dengan biaya sewa sekitar USD 350 atau sekitar Rp5,6 juta untuk tiga bulan, Sheetal dan keluarganya harus memangkas kebutuhan lain, termasuk membeli bahan makanan.”Kami mengurangi pengeluaran lain dan membeli lebih sedikit kebutuhan pokok,” ujarnya seperti dikutip dari laman CNA, Selasa (10/6/2025).Pemerintah dan para ahli memperkirakan India akan mengalami dua kali lipat jumlah hari gelombang panas pada tahun ini. Ini mendorong negara dengan populasi terbanyak di dunia itu menjadi pasar AC dengan pertumbuhan tercepat secara global.Menurut Badan Energi Internasional, India diperkirakan akan memiliki lebih dari 1 miliar unit AC yang beroperasi pada tahun 2050.Permintaan pendingin udara ini juga memberi peluang usaha bagi penyewa AC seperti Rakshith Kotian di Mumbai, yang melayani buruh harian dan pekerja pabrik.”Tiga bulan musim panas adalah masa paling sibuk saya. Penghasilan saya selama periode ini menopang hidup saya sepanjang tahun,” katanya.Namun ketergantungan pada AC juga membawa konsekuensi lingkungan. Unit pendingin udara memompa udara panas ke luar, memperparah efek “pulau panas perkotaan” yang membuat suhu kota lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya.Terlebih lagi, listrik untuk menyalakan AC sebagian besar masih bersumber dari bahan bakar fosil, terutama batu bara yang menyumbang 55 persen dari bauran energi India.Selama gelombang panas April hingga Juni 2024, penggunaan AC melonjak 10,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut lembaga think tank energi global Ember.Para ahli memperingatkan tentang siklus yang merusak: semakin panas suhu, semakin tinggi kebutuhan akan pendinginan, dan semakin besar pembakaran batu bara yang memperparah krisis iklim.
Tercekik Gelombang Panas, Warga Miskin India Rela Kurangi Makan Demi Sewa AC

Tag:Breaking News