YOGYAKARTA, Layanan transportasi baru bernama Maxride mulai menarik perhatian masyarakat Yogyakarta sejak diluncurkan pada 28 April 2025 lalu.
Dengan menggunakan kendaraan roda tiga modern berbasis aplikasi, Maxride menghidupkan kembali konsep bajaj dalam versi yang lebih nyaman, senyap, dan sesuai dengan kebutuhan mobilitas perkotaan masa kini.
Satu hal yang menonjol dari layanan ini adalah struktur tarifnya.
Maxride membanderol tarifnya Rp 14.000 untuk 3 kilometer pertama, dan Rp 3.500 untuk setiap kilometer berikutnya.
Secara harga, tarif ini memang sedikit lebih tinggi dibandingkan ojek online (ojol). Namun, ada keunggulan yang menjadi daya tarik utama: penumpang tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
“Secara tarif pada umumnya itu kita antara lebih tinggi dikit dari motor, dan di bawahnya mobil,” ujar Bayu Subolah, City Manager Maxride dan Maxauto, Rabu (21/5/2025).
Baca juga: Bajaj Maxride Mulai Beroperasi di Yogyakarta, Jadi Alternatif Ojek Online
Maxride hadir dengan kendaraan roda tiga tertutup, lengkap dengan atap dan bodi samping yang melindungi penumpang dari cuaca panas dan hujan.
Kendaraan ini mampu membawa tiga penumpang dewasa, serta memiliki ruang kecil untuk barang bawaan seperti belanjaan pasar atau tas sekolah.
“Enggak kepanasan, hujan enggak basah juga,” jelas Bayu.
Dengan mesin yang tidak bising dan desain yang lebih ergonomis dibandingkan bajaj konvensional, Maxride bisa menjadi pilihan menarik bagi penumpang yang menginginkan kenyamanan ekstra tanpa membayar setara mobil online.
Bayu menjelaskan, Yogyakarta dipilih sebagai kota peluncuran karena tingginya mobilitas masyarakat dan masih terbatasnya akses transportasi umum di beberapa wilayah.
“Menjadi feeder ke transportasi umum,” katanya.
Baca juga: Ojol Ancam Demo Lebih Besar Jika Menhub Tak Revisi Potongan Biaya Aplikasi
Sejak diluncurkan pada 28 April 2025, Maxride mencatat permintaan penumpang yang tinggi. Saat ini, tercatat antara 3.000 hingga 5.000 permintaan per hari.
Namun baru sekitar 700 hingga 900 perjalanan yang bisa dilayani karena keterbatasan jumlah armada.
“Kurangnya masih banyak banget,” ujar Bayu.