Home / MONEY / Tampak Kaya vs Benar-Benar Kaya: Kenali Bedanya dari 10 Kebiasaan Ini

Tampak Kaya vs Benar-Benar Kaya: Kenali Bedanya dari 10 Kebiasaan Ini

Mengapa ada orang dengan penghasilan tinggi yang tetap kesulitan secara finansial, sementara orang berpenghasilan sedang justru berhasil membangun kekayaan yang stabil?

Jawabannya sering kali bukan terletak pada seberapa besar penghasilan mereka, melainkan pada kebiasaan harian yang mereka terapkan.

Banyak yang mengira kekayaan identik dengan mobil mewah dan barang bermerek. Namun, keberhasilan finansial sejati lebih sering lahir dari perilaku yang sederhana namun konsisten.

Dilansir dari New Trader U, Sabtu (24/5/2025), berikut adalah 10 kebiasaan yang membedakan orang yang benar-benar kaya dengan orang yang hanya sekadar ingin terlihat kaya:

Baca juga: 4 Kebiasaan Orang Kaya dalam Membangun Kekayaan yang Bisa Ditiru

Orang dengan pola pikir “tampak kaya” cenderung membeli barang mahal secara impulsif demi menunjukkan status.

Sebaliknya, mereka yang bijak secara finansial membeli dengan mempertimbangkan nilai jangka panjang dan kesesuaian dengan prioritas hidup.

Coba terapkan aturan menunggu 24 jam sebelum membeli barang non-esensial di atas Rp 1,5 juta agar lebih terhindar dari keputusan impulsif.

Baca juga: Robert Kiyosaki: Krisis Global Bikin Orang Kaya Ikut Goyah, Pengetahuan Jadi Uang Baru

Ketika penghasilan naik, sebagian orang langsung meningkatkan gaya hidup—beli rumah lebih besar, mobil lebih mahal, atau liburan mewah.

Padahal, kebiasaan ini membuat kenaikan pendapatan tak berdampak pada kekayaan bersih.

Sebaliknya, orang hemat memilih tetap hidup sederhana meski pendapatan naik, dan mengalokasikan tambahan penghasilan untuk investasi.

Saran praktis: setiap kali naik gaji, langsung alokasikan minimal 50 persen untuk tabungan atau investasi sebelum menyesuaikan gaya hidup.

Baca juga: Menkes Ungkap Kenapa Cuma Anak Orang Kaya yang Bisa Jadi Dokter Spesialis

Menabung memang penting, tapi hanya menyimpan uang di rekening biasa tanpa mengembangkannya lewat investasi bisa membuat potensi kekayaan terhambat.

Dengan imbal hasil rata-rata 7 persen per tahun, investasi Rp 80 juta per tahun selama 20 tahun bisa tumbuh menjadi lebih dari Rp 3,5 miliar.

Bandingkan dengan rekening tabungan biasa yang pertumbuhannya jauh lebih lambat.

Orang hemat tak selalu memilih barang termurah, tetapi barang yang memberi nilai jangka panjang.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *