Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir April 2025 mengalami surplus Rp 4,3 triliun. Surplus APBN ini ditopang oleh kinerja pendapatan negara.Ini merupakan perubahan signifikan setelah APBN mencatat defisit selama tiga bulan berturut-turut sejak Januari hingga Maret 2025.“Kecepatan pendapatan negara yang ada di dalam APBN lebih dulu mencapai mendekati 30% dari target. Sedangkan belanja negara sekitar 22%, maka kita lihat postur APBN di akhir April mencatatkan surplus,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Mei 2025 di Jakarta Jumat (23/5).APBN Surplus karena pendapatan negara lebih besar dari belanja negara. Tercatat pendapatan negara pada periode tersebut mencapai Rp 810,5 triliun atau 27% dari target APBN. Sementara realisasi belanja negara mencapai Rp 806,2 triliun atau 22,3% dari target APBN.Bendahara Negara ini merinci penerimaan negara ini terdiri dari penerimaan pajak mencapai Rp 557,1 triliun. Angka ini setara dengan 25,4% dari target dalam UU APBN sebesar Rp 2.189,3 triliun.Sementara itu, penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp 100 triliun atau 33,1% dari target Rp 301,6 triliun. Penerimaan negara ini berupa bea masuk, bea keluar dan cukai.Sementara komponen belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp 546,8 triliun atau 20,2% dari total belanja pemerintah pusat. Lalu belanja transfer ke daerah yang telah terealisasi sebesar Rp 259,4 triliun.Perempuan yang kerap disapa Ani ini juga mengatakan keseimbangan primer mengalami surplus sebesar Rp 173,9 triliun. Keseimbangan primer adalah selisih antara total pendapatan negara dengan belanja negara, tidak termasuk pembayaran bunga utang.
Sri Mulyani Ungkap Alasan APBN Surplus Rp 4,3 Triliun Usai 3 Bulan Defisit

Tag:Breaking News