WASHINGTON DC, Putra mahkota Iran, Reza Pahlavi, menjadi sorotan tersendiri dalam perang Israel-Iran karena mengajak pasukan keamanan Iran memisahkan diri dari pemerintahan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Anak dari raja terakhir Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, itu menyalahkan Khamenei atas keterlibatan Iran dalam perang, yang menurutnya bukan untuk kepentingan rakyat.
Adapun perang Israel-Iran pecah sejak Jumat (13/6/2025). Hingga hari ketiga, jumlah korban tewas di Iran 128, sedangkan di Israel 13 orang.
Baca juga: Putra Mahkota Iran Serukan Perlawanan terhadap Khamenei di Tengah Perang dengan Israel
Lantas, siapa Reza Pahlavi dan kenapa dia mengajak rakyat memberontak melawan Khamenei?
Reza Pahlavi adalah pewaris takhta dari monarki pro-Barat Iran yang tumbang akibat Revolusi 1979. Sejak itu, ia hidup di pengasingan dekat Washington, Amerika Serikat (AS).
Menurut situs web rezapahlavi.org, Reza Pahlavi lahir di Iran pada 31 Oktober 1960, usianya kini 64 tahun.
Pahlavi menghabiskan hampir seluruh masa dewasanya di pengasingan. Selama lebih dari 45 tahun, ia tidak pernah kembali ke tanah airnya.
Istrinya, Yasmine, pun demikian. Ketiga putri mereka bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Iran, menurut laporan New York Post.
Sang putra mahkota meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk bersekolah militer di Amerika Serikat (AS), beberapa saat sebelum ayahnya turun takhta pada 16 Januari 1979 karena sakit kanker.
Turunnya Shah membuka jalan bagi Ayatollah Ruhollah Khomeini untuk mendirikan Republik di Iran, konsep yang hingga kini masih diusung dengan sistem teokrasi konservatif.
Meski berasal dari dinasti monarki, Pahlavi menyatakan dirinya tidak mengejar restorasi kerajaan.
Ia lebih memilih menggunakan namanya untuk mendukung gerakan demokrasi yang bersifat sekuler di Iran.
“Saya tidak mencalonkan diri untuk jabatan apa pun. Peran saya adalah memastikan terbentuknya pemerintahan sementara yang bisa menggelar pemilu dan menyerahkan keputusan akhir kepada rakyat Iran,” ungkapnya.
Sejak di pengasingan, Reza Pahlavi konsisten menyerukan perubahan. Ia mengadopsi filosofi non-kekerasan ala Martin Luther King Jr dan Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan demokrasi sekuler di Iran.