WAJO, Pemerintah Kabupaten Wajo mengambil tindakan tegas setelah viralnya SD Negeri 408 Ongkoe yang disebut mirip kandang ternak.
Murid-murid kini akan dipindahkan ke gedung sekolah induk yang lebih representatif. Selain itu, 25 murid SDN 408 Ongkoe juga akan mendapatkan sepeda gratis untuk menunjang perjalanan mereka ke lokasi sekolah yang cukup jauh.
Baca juga: Penampakan SD Negeri di Wajo yang Viral, Disebut Mirip Kandang Ternak
Sekolah induk yang akan dipakai ini adalah sekolah kosong tidak terpakai lantaran berada di tengah kebun.
Hal ini setelah pihak pemerintah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak terkait dengan kondisi sekolah yang masih beralaskan tanah dengan dinding terbuat dari papan kayu lapuk.
“Kami sudah menggelar RDP (rapat dengar pendapat) dengan pihak DPRD (dewan perwakilan rakyat) dan hasilnya kami akan mengembalikan proses belajar mengajar ke sekolah induk karena yang sekarang itukan cuma sekolah darurat” kata Alamsyah, Plh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo yang ditemui di ruang kerjanya pada Selasa (20/5/2025).
Sepeda tersebut akan dibagikan secara gratis dengan tujuan digunakan untuk ke sekolah.
Pasalnya, sekolah induk permanen yang sudah sepuluh tahun terakhir tidak digunakan terletak di kebun mete dan jauh dari pemukiman penduduk.
“Sekolah induknya memang jauh dari pemukiman penduduk sehingga anak anak enggan ke sekolah sehingga kami memutuskan untuk membelikan mereka sekolah dengan harapan anak anak mau ke sekolah” kata Alamsyah.
Untuk jadwal pemindahan sekolah dan pemberian sepeda, masih belum ditentukan.
Baca juga: Hilang Saat Main di Rumah, Balita Asal Wajo Mengapung di Bone 5 Hari Kemudian
Sebelumnya, SD negeri 408 Ongkoe, Jalan Birue, Dusun Karame, Desa Ongkoe, Kecamatan Belawa ini viral. Lantaran kondisi sekolah yang mirip kandang ternak, beralaskan tanah dan dinding terbuat dari papan lapuk.
Memiliki tiga kelas berukuran 4 x 6 meter dengan jumlah 25 murid dan 4 orang tenaga pengajar terdiri dari 2 orang guru berstatus aparat sipil negara (ASN), satu guru berstatus honorer dan satu orang merangkap guru dan kepala sekolah.
Proses belajar mengajar pun dilakukan dengan cara menggabungkan para murid dari berbagai kelas.