Bandung – Kota Bandung diguyur hujan deras pada pekan ini, longsor pun dilaporkan terjadi setidaknya di tiga kecamatan, merusak beberapa rumah warga yang berlokasi di daerah pinggiran sungai. Pada Senin, 19 Mei 2025, titik longsor berlokasi di Jalan Sukajadi Gg. Eme RW 04 RT 10, Kelurahan Sukabungah, Kecamatan Sukajadi, sekira pukul 03.30 WIB. Satu rumah ambruk, satu bangunan lain rawan ambruk. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.“Rumah ini dibangun di atas bantaran sungai. Ini menjadi bukti nyata bahwa pembangunan di zona rawan seperti ini bisa membawa dampak berbahaya,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, dalam keterangan pers di hari kejadian.Selain memberikan bantuan, aku Erwin, pemerintah bakal mengecek status kepemilikan lahan, memperketat pengawasan terhadap bangunan yang berdiri di atas aliran sungai dan bantaran. Permukiman di pinggiran sungai, katanya, tidak hanya rawan bagi bangunan, tetapi juga berpotensi menyebabkan banjir dan bencana lainnya bagi lingkungan sekitar.”Saya sudah instruksikan camat dan lurah untuk mendata seluruh bangunan yang berdiri di atas anak sungai atau solokan. Yang berdiri di atas aliran sungai harus segera ditertibkan. Ini bukan hanya soal aturan, tapi soal keselamatan bersama,” katanya. Longsor Cidadap dan CicendoLongsor juga terjadi di Jalan Karang Tengah Barat, RT 04 RW 07, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Jumat, 23 Mei 2025, sekira pukul 01.00 WIB. Pemerintah kota mencatat, meski tidak ada korban jiwa, dua rumah warga dilaporkan terdampak.Menurut Ketua RT 03 setempat, Andi, longsor diperkirakan terjadi karena pengikisan tanah akibat aliran sungai di sekitar lokasi. Warga sebelumnya telah menerima imbauan untuk mengungsi sejak tiga hari lalu karena mulai terlihat tanda-tanda keretakan tanah. “Sudah ada retakan-retakan sebelumnya, jadi kami dari kewilayahan mengimbau warga untuk sementara pindah. Alhamdulillah mereka ditampung oleh tetangga,” katanya.Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menegaskan, longsor disebut terjadi karena pengikisan tanah akibat aliran sungai. Ia menambahkan, penanganan segera dilakukan dengan pengecekan struktur tanah dan rencana perbaikan infrastruktur. “Ini terjadi pengikisan tanah akibat aliran sungai. Ini sudah dilaporkan oleh lurahnya secara langsung. Kami memang sudah memerintahkan para lurah untuk memonitor titik-titik rawan, khususnya aliran sungai yang mengalami pengikisan,” kata Erwin.Pada hari yang sama, longsor juga dilaporkan terjadi di Gang Sukarisi, Jalan Ciumbuleuit, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap. Satu bangunan PAUD dilaporkan terdampak, sebagian bangunannya ambruk ke sungai. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin mengimbau masyarakat yang rumahnya berdiri di atas solokan atau anak sungai untuk segera pindah demi keselamatan bersama. “Kami mengimbau warga yang rumahnya berada di atas solokan atau aliran sungai untuk segera mencari lokasi tinggal yang lebih aman. Karena lokasi tersebut sangat berisiko tinggi,” ujar Erwin, Rabu 21 Mei 2025.Ia menegaskan, keberadaan bangunan di atas saluran air sangat berbahaya. “Risikonya besar. Bisa longsor, ambruk, bahkan mengancam jiwa,” jelasnya.Selain itu, ia juga menyoroti masih banyak warga yang membangun rumah atau bangunan lain di atas sungai. Menurutnya, hal ini tidak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain.“Membangun di atas sungai itu dzalim. Itu bukan hak kita, itu hak bersama. Kalau menyebabkan banjir, yang rugi bukan cuma satu orang, tapi banyak,” tegas Erwin. Wacana RelokasiWali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyampaikan, tantangan utama dalam penanganan banjir adalah terbatasnya kapasitas drainase yang sudah tidak memadai, serta penyempitan aliran sungai akibat pertumbuhan permukiman di bantaran.“Kita sedang menambah titik kolam retensi dan membuat konsep baru berupa titik-titik penyerapan air. Tapi masalahnya, sungai makin sempit karena rumah-rumah di pinggir sungai terus bertambah,” jelas Farhan.Banjir yang terjadi dari wilayah Lembang hingga kawasan Setiabudi dan Cipaganti menjadi bukti bahwa sistem drainase yang ada belum mampu menampung volume air berlebih.“Ketika saluran air di atas dibuka, tapi di bawahnya sempit, maka airnya akan meluap ke pemukiman. Itu yang sekarang kita alami,” tambahnya.Farhan menegaskan bahwa solusi jangka panjang penanganan banjir adalah relokasi warga yang tinggal di bantaran sungai. Farhan menyadari, relokasi bukan hal mudah. Perlu pendekatan manusiawi.“Saya tidak mengancam, tapi banjir makin lama makin berbahaya. Ini tanda alam. Maka saya mengimbau warga di bantaran sungai untuk pindah secara sukarela demi keselamatan,” ujarnya.“Secara aturan, bisa saja dibongkar. Tapi menggusur orang bukan seperti menggusur domba. Harus pakai perasaan. Saya akan terus imbau dan saya bela perasaan warga,” imbuhnya.
Sepekan Longsor di Tiga Kawasan Pinggiran Sungai Kota Bandung

Tag:Breaking News