Batam – Mari berkisah tentang Gustastory Nostalgia. Menurut Jon D. Holtzman, seorang antropolog Amerika yang fokus pada studi budaya, makanan, dan hubungan sosial, makanan tidak hanya soal nutrisi, tapi juga sarat dengan makna budaya, emosi, dan memori.Holtzman sering mengeksplorasi bagaimana makanan membentuk identitas, hubungan sosial, dan pengalaman emosional seperti nostalgia. Nah, berdasar itulah maka kuliner zaman kolonial kini kembali dihidupkan Restoran Sate Merah Van Demang, Batam. Mengusung konsep nostalgia masa kolonial, restoran ini menghadirkan dua menu utama. Sate Merah dan Nasi Lemak Van Demang, sebuah upaya memadukan rasa khas Nusantara dengan nuansa klasik Eropa.Restoran ini dikelola oleh CEO Pandawa Plus Hand, Chepy Suparman. Ia mempercayai konsep “kuliner bercerita.” Nama Van Demang sendiri terinspirasi dari gelar pemimpin lokal di era Hindia Belanda.“Harapannya Van Demang bisa menjadi pimpinan di dunia persatean yang bisa bersaing di Batam,” kata Chepy.Sate Merah Van Demang bukanlah sate biasa. Daging ayam dan sapi yang digunakan telah dibalur bumbu merah sebelum dibakar. Disajikan bersama sambal pecak pedas gurih, menghasilkan kombinasi rasa manis, gurih, dan pedas yang unik.“Teknik pembakarannya juga berbeda. Daging tidak langsung terkena bara, jadi lebih juicy dan matang merata,” kata Chepy.Sate Merah ini dibanderol mulai dari Rp 35 ribu untuk lima tusuk atau setara 200 gram.Sementara itu, Nasi Lemak Van Demang ditampilkan menyerupai warna-warna bendera Belanda. Terdiri dari nasi gurih, teri kacang, telur, sambal, olahan daging, dan kerupuk. Ini adalah jenis makanan dengan sentuhan tempo doeloe.Atmosfer restoran dirancang untuk menyelami masa lalu. Interior bergaya rumah bangsawan Hindia Belanda, iringan musik keroncong, serta lagu-lagu Belanda. Holtzman sering mengeksplorasi bagaimana makanan membentuk identitas, hubungan sosial, dan pengalaman emosional seperti nostalgia. Dia adalah profesor di beberapa institusi akademis dan telah menerbitkan berbagai artikel serta buku yang mengkaji makanan dari perspektif antropologi.Tulisan Holtzman yang paling relevan dengan konsep Gustastory Nostalgia (yaitu nostalgia yang dipicu oleh rasa atau pengalaman kuliner) adalah artikelnya berjudul “Food and Memory”, yang diterbitkan di jurnal Annual Review of Anthropology pada tahun 2006 (Volume 35, halaman 361–378). Dalam artikel ini, Holtzman membahas hubungan makanan dan kenangan.Bagaimana makanan berperan sebagai pemicu memori yang kuat, terutama karena indra penciuman dan pengecap terhubung langsung dengan pusat emosi di otak (amygdala). Makanan bisa membangkitkan kenangan spesifik, seperti masa kecil atau momen kebersamaan, yang mirip dengan apa yang kita sebut Gustastory Nostalgia.Dia mengutip C. Nadia Seremetakis (1994) tentang konsep nostalghía (bahasa Yunani untuk nostalgia), yang mengandung kerinduan mendalam dan kompleks, sering kali terkait dengan pengalaman sensorik seperti rasa atau aroma makanan.Holtzman juga menyinggung bahwa memori yang dipicu makanan bukan sekadar ingatan sederhana, tapi bisa membawa emosi campur aduk, seperti kebahagiaan sekaligus rasa kehilangan.Holtzman menjelaskan bahwa makanan tertentu (misalnya, masakan tradisional keluarga) bisa membuat seseorang teringat pada momen spesifik, seperti makan bersama orang tua, yang mencerminkan esensi Gustastory Nostalgia.Rupanya inilah yang mendasari restoran Van Demang untuk menghadirkan kenangan terhadap masa kolonial.
Sate Merah dan Nasi Lemak Van Demang, Menghidupkan Gustastory Nostalgia

Tag:Breaking News