Home / Bursa / RUPS Vale (INCO) Belum Tunjuk Dirut Baru, Guru Besar UI Soroti Kehati-hatian

RUPS Vale (INCO) Belum Tunjuk Dirut Baru, Guru Besar UI Soroti Kehati-hatian

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham pada Jumat (16/5) lalu. Rapat tersebut belum memutuskan untuk mengangkat Direktur Utama yang baru untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Febriany Eddy.Sebelumnya, dalam agenda rapat, pergantian Febriany Eddy dijadwalkan dilangsungkan dalam RUPS. Febriany mundur setelah mendapat jabatan baru di Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara.  “RUPST menyetujui pengakhiran masa jabatan Ibu Febriany Eddy sebagai Presiden Direktur per 21 April 2025,” tulis manajemen dalam keputusan rapat dikutip Senin (19/5). Meski menyetujui pengunduran diri Febriany, RUPST belum menetapkan pejabat yang baru. Pada rapat yang digelar Jumat (16/5) pemegang saham menyetujui pengangkatan Christopher McCleave sebagai Komisaris Perseroan yang efektif berlaku hingga RUPST 2028. Adapun INCO sebelumnya menunjuk Bernardus Irmanto sebagai pelaksana tugas (Plt) Presiden Direktur dan CEO Vale Indonesia. Bernardus Irmanto.Menanggapi kosongnya kursi Direktur Utama Vale Indonesia, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Toto Pranoto, memperkirakan hal itu terjadi lantaran belum ada kesepakatan antarpemegang saham. Ia memperkirakan penentuan Dirut baru akan ditetapkan dalam agenda rapat waktu dekat. “Ya mungkin RUPS pengisian Dirut Vale Indonesia sudah diagendakan di waktu dekat ini setelah mundurnya dirut lama karena direkrut Danantara,” kata Toto kepada Katadata pada Senin (19/5). Ia juga mengatakan bahwa pihak Indonesia sebagai pemegang saham 20% Vale lewat MIND ID, kemungkinan masih berbicara dengan para pemegang saham dari luar, yaitu Vale Canada Limited. Toto menyebutkan, kedua belah pihak bisa saja sedang mencari kandidat yang tepat. Sebelumnya, Febriany Eddy mundur dari kursi Direktur Utama Vale Indonesia Tbk (INCO) lantaran telah diangkat sebagai Direktur PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) (BKI). BKI adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyediakan layanan klasifikasi dan jaminan independen.Menurut Toto belum ditunjuknya Dirut baru bisa saja mencerminkan kehati-hatian perusahaan dalam memilih sosok yang tepat untuk menjadi pimpinan perusahaan. Apalagi, jika meninjau laporan kinerja tahun buku 2024, Vale Indonesia mencatatkan kinerja kurang memuaskan.“Mungkin masih bicara dengan shareholder lain mencari kandidat yang tepat. Apalagi kinerja 2024 relatif tidak baik karena penurunan revenue dan profit yang cukup signifikan,” ujar Toto. Mengacu pada Laporan Tahunan Vale Indonesia, pendapatan emiten nikel ini turun 22% menjadi US$ 950 juta dari US$ 1,1 miliar pada periode yang sama secara year on year (yoy). Laba bersih juga turun dari US$ 274 juta pada tahun buku 2023 menjadi US$ 57 juta pada tahun buku 2024. Di samping itu, produksi bijih nikel malah meningkat 8,9% dari 13,4 ribu ton pada 2023 menjadi 14,6 ribu ton pada 2024. Sementara penjualan nikel naik 2% menjadi 72,6 ribu ton dari 71,1 ribu ton secara yoy.Dalam RUPS yang digelar Jumat (16/5) lalu, Vale Indonesia memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar US$ 34,65 juta atau setara dengan Rp 569 miliar setelah dua tahun vakum. Para pemegang saham sepakat membagikan dividen setara dengan 60% dari laba bersih perseroan untuk tahun buku 2024.Padahal industri nikel berada dalam kondisi yang tidak pasti. Toto menilai pembagian dividen ini lebih karena didorong upaya Vale menjaga reputasinya di depan para pemegang saham. “Kalau sampai tidak bagi dividen lagi, setelah 2 tahun vakum, bisa bikin sentimen negatif,” ujar Toto.Mengenai belum adanya penetapan pejabat Presdir yang definitif, Irmanto mengatakan tidak akan mempengaruhi kinerja dan operasional perusahaan. Menurut Irmanto, pengangkatan Dirut masih menunggu keputusan para pemegang saham. “Memang ada perubahan komisaris, sedangkan direksi tidak ada perubahan. Ya ini kan sebetulnya urusan pemegang saham ya. Saya tidak bisa berkomentar terhadap itu,” kata Irmanto.Merujuk keterbukaan, Vale Indonesia kini berada di bawah pengendalian PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID yang menjadi portofolio Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara. MIND ID menggenggam 34% saham Vale diikuti Vale Canada Limited sebanyak 33,38% dan Sumitomo Metal Mineral Co.Ltd sebesar 11,48%. Sementara masyarakat menggenggam 20,39% saham. 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *