SAMARINDA, KOMPAS.com – Ratusan pengemudi ojek online di Kalimantan Timur menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (20/5/2025).
Mereka menyuarakan tuntutan terkait tarif yang dianggap tak layak serta mendesak hadirnya regulasi nasional yang berpihak pada nasib para pekerja transportasi daring.
Baca juga: Demo Ojol Hari Ini, Brimob Jaga Kantor Gubernur DIY
Ratusan pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam komunitas ojek roda dua dan empat di Kalimantan Timur menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Selasa (20/5/2025).
Dalam aksi tersebut, para mitra driver menyuarakan empat tuntutan utama terkait tarif dan kehadiran regulasi yang adil bagi pekerja transportasi online.
Rayu Hayrudi, salah satu perwakilan pengemudi Gocar menyampaikan bahwa aksi ini didorong oleh ketimpangan tarif dasar yang justru menurun dalam beberapa tahun terakhir, meski biaya hidup dan operasional terus meningkat.
“Lima tahun lalu saja tarif minimal itu Rp 18.000. Sekarang malah turun jadi Rp 12.000. Padahal harga bensin sekarang Rp 10.000. Dulu waktu masih Rp 18.000, bensin masih Rp 7.500,” kata Rayu kepada Kompas.com di lokasi aksi.
Menurutnya, penurunan tarif itu disebabkan oleh kompetisi antaraplikator yang tidak sehat, di mana tarif diturunkan secara sepihak tanpa mempertimbangkan keberlangsungan hidup para driver.
Baca juga: Marak Order Fiktif Saat Demo Ojol, Driver: Tujuannya Paksa Rekan Off Bid
Rayu menilai, hal ini melanggar ketentuan yang seharusnya mengacu pada Surat Keputusan (SK) Gubernur serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus.
“Kami minta tarif ini ditegakkan sesuai SK Gubernur. Selama ini SK-nya ada, tapi tidak pernah dijalankan. Bahkan diturunkan tanpa alasan yang jelas, padahal peraturan sudah menyatakan tarif adalah kewenangan pemerintah daerah, bukan aplikator,” ujar Rayu.
Sari, pengemudi GoRide yang ikut dalam aksi tersebut, menambahkan bahwa ketimpangan tarif ini sangat menyulitkan pengemudi, terutama mereka yang masih mencicil kendaraan.
Ia menyebut penghasilan harian kini tidak cukup untuk menutup biaya operasional, apalagi untuk kebutuhan rumah tangga.
“Sekarang Rp 350.000 kita dapat. Rp 150.000 buat bensin, Rp150.000 buat bayar cicilan dan perawatan kendaraan. Sisa Rp 50.000 untuk makan kita seharian. Nggak ada lagi yang bisa dibawa pulang untuk keluarga. Dulu waktu tarif masih bagus, sehari bisa bawa pulang Rp 200.000-Rp 250.000 bersih,” ucap Sari.
Baca juga: Bentangkan Spanduk, Massa Demo Ojol Bergerak ke Patung Kuda
Aksi yang digelar secara serentak di berbagai daerah ini juga menuntut hadirnya regulasi transportasi online dalam bentuk undang-undang.
Para driver berharap pemerintah segera menerbitkan peraturan yang mengikat dan berpihak pada keberlangsungan hidup para pekerja sektor informal ini.
“Teman-teman hari ini aksi se-Indonesia, tujuannya agar ada perubahan. Bukan hanya tarif, tapi juga kepastian hukum. Kalau sekarang ini, bertahan saja sudah syukur. Padahal sebelum pandemi, profesi driver itu masih menjanjikan,” pungkas Rayu.