Home / Liga Inggris / Rahasia Guardiola: Mengapa Manchester City Kini Borong Pemain Jago Dribel?

Rahasia Guardiola: Mengapa Manchester City Kini Borong Pemain Jago Dribel?

Jakarta Manchester City sedang membangun sesuatu yang baru. Josep Guardiola, yang sering dituding sebagai pelatih yang “membunuh” kreativitas individu, justru secara diam-diam mengumpulkan pemain-pemain dribel terbaik Eropa.Jeremy Doku, Rayan Cherki, dan Savinho adalah bukti nyata perubahan strategi City. Mereka diboyong untuk menghidupkan kembali seni dribel yang sempat redup di Etihad Stadium.Jack Grealish mungkin menjadi korban dari transformasi ini. Pemain seharga 100 juta pounds itu kini harus bersaing ketat dengan para dribbler baru yang lebih sesuai dengan visi terbaru Guardiola.Lalu, apa sebenarnya yang sedang dirancang oleh pelatih jenius asal Spanyol ini? Mengapa City tiba-tiba berburu pemain-pemain yang mahir dalam satu lawan satu?Ketika pertama kali bergabung dengan Manchester City pada 2016, Guardiola memberikan instruksi sederhana kepada tim scout: “Temukan pemain yang bisa dribel. Sisanya adalah urusan saya.” Permintaan ini bukan tanpa alasan.Sepanjang kariernya, Guardiola selalu membutuhkan pemain dengan kemampuan dribel di atas rata-rata. Di Barcelona, ada Lionel Messi. Di Bayern Munich, ia memiliki Arjen Robben dan Franck Ribery. Kini di City, Jeremy Doku menjadi senjata terbarunya.”Tugas saya adalah membawa bola sampai ke final third. Tugas pemain adalah menyelesaikannya,” begitu penjelasan Guardiola yang pernah diungkap oleh Thierry Henry. Filosofi inilah yang membuatnya selalu mencari pemain yang bisa membuat kejutan lewat dribel.Dari Raheem Sterling, Leroy Sane, hingga generasi terbaru seperti Doku dan Savinho, Guardiola terus membuktikan bahwa dribel tetap menjadi bagian penting dalam taktiknya.Jack Grealish sering dijadikan contoh utama untuk mendukung narasi bahwa Guardiola membatasi kreativitas pemain. Padahal, kenyataannya lebih kompleks dari itu.Grealish memang mengalami transformasi peran sejak bergabung dari Aston Villa. Gaya bermainnya yang bebas dan flamboyan sedikit banyak disesuaikan dengan sistem City. Namun, ini bukan berarti Guardiola anti-dribel.”Jika Anda bisa dribel, lakukan. Namun, saya yang akan menentukan kapan waktunya,” tegas Guardiola suatu kali. Musim 2022/23 membuktikan hal ini, ketika Grealish menjadi kunci kesuksesan City meraih treble dengan peran barunya sebagai pengontrol permainan di sayap.Kini, dengan kedatangan Doku dan Savinho, Grealish memang mulai tersingkir. Bukan karena Guardiola benci dribel, tapi karena ia membutuhkan tipe dribbler yang lebih eksplosif dan langsung untuk menghadapi pertahanan padat.Musim lalu menjadi pelajaran berharga bagi Guardiola. City sering kesulitan menghadapi tim-tim yang bermain dengan pertahanan rapat. Solusinya? Merekrut pemain-pemain yang bisa membongkar pertahanan lewat dribel.Jeremy Doku adalah contoh sempurna. Pemain asal Belgia itu rata-rata melakukan lebih dari 10 dribel per pertandingan. Savinho dan Rayan Cherki juga diboyong karena kemampuan mereka melewati lawan dan menciptakan peluang.”Tanpa pemain yang bisa dribel, mustahil menghadapi tim yang bertahan rapat,” ujar Guardiola pada 2023. Pernyataan ini menjadi penanda perubahan filosofi permainan City.Dengan tambahan Pep Lijnders sebagai asisten, yang dikenal dengan gaya pressing dan serangan cepat ala Liverpool, City diprediksi akan lebih sering menyerang lewat dribel langsung musim depan.Guardiola bukanlah pelatih yang anti-dribel. Ia hanya ingin dribel dilakukan pada momen yang tepat. Phil Foden adalah bukti nyata bagaimana pemain kreatif bisa berkembang pesat di bawah asuhannya.Kehadiran Erling Haaland juga memengaruhi strategi ini. Striker Norwegia itu membutuhkan umpan-umpan cepat dari pemain sayap yang bisa melewati bek lawan – sesuatu yang menjadi keahlian Doku dan Savinho.”Ketika Anda mendapatkan bola, Anda bebas berkreasi,” pesan Guardiola kepada Cherki setelah sang pemain bergabung. Namun kebebasan ini tetap dalam koridor sistem yang telah dibangun bertahun-tahun.Musim depan, fans bisa menyaksikan City yang lebih dinamis. Tetap mendominasi penguasaan bola, tapi dengan lebih banyak aksi individu yang mematikan. Sebuah evolusi menarik dari tim yang sudah begitu sukses dengan gaya bermainnya saat ini.Dari mitos “anti-dribel” hingga transformasi terbaru, Guardiola membuktikan bahwa ia bukan pelatih yang kaku.Manchester City sedang beradaptasi dengan merekrut pemain-pemain dribel ulung, siap menghadirkan gaya bermain yang lebih eksplosif.Dengan kombinasi antara penguasaan bola ala Guardiola dan kemampuan dribel pemain baru, City musim depan berpotensi menjadi lebih berbahaya.Satu hal yang pasti: Selama bola masih bulat, Guardiola akan terus mencari cara baru untuk mendominasi sepakbola Inggris.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *