Home / Investasi Hijau / Proyek Baterai Listrik CATL Akan Diresmikan pada Juni

Proyek Baterai Listrik CATL Akan Diresmikan pada Juni

Peresmian atau acara peletakan batu pertama alias groundbreaking proyek baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Limited atau CATL akan digelar pada Juni.“Setelah itu, akan masuk ke tahap berikutnya,” kata Menteri ESDM sekaligus Kepala Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers, setelah rapat terbatas Presiden Prabowo Subianto bersama sejumlah menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (23/5).Proyek tersebut merupakan hasil usaha patungan antara BUMN dengan CATL, melalui anak usaha yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL).Dalam proyek tersebut, CATL bermitra dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC) selaku perusahaan induk (holding) New Energy Materials beserta PT Aneka Tambang (Antam), PT Inalum, PT Pertamina, dan PT PLN.IBC bersama CATL akan mengembangkan industri baterai kendaraan listrik sampai tahap proses daur ulang baterai. Mereka bakal membangun seluruh fasilitas sampai produksi sel baterai tahap pertama di Halmahera Timur, Maluku Utara. “Untuk prekursor katoda di Maluku Utara,” ujar Bahlil.Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM mengatakan CATL akan mulai memproduksi baterai kendaraan listrik pada 2026.  “Mereka sudah memiliki offtaker. Jadi mereka mengharapkan paling lambat Maret 2026 sudah berproduksi di Indonesia,” kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (16/5).CATL menyampaikan kepada pemerintah sudah ada non-disclosure agreement terkait offtaker bersama beberapa vendor kendaraan listrik. “Vendor ada yang dari Eropa dan Amerika Serikat. Tapi mereka belum bisa menyampaikan siapa offtaker,” ujarnya.Yuliot menyebutkan, kapasitas produksi CATL mencapai 7,5 gigawatt per hour (Gwh) pada tahap pertama. Jumlah ini setengah dari rencana awal investasi yang mencapai 15 Gwh.Dalam proyek itu, CATL memiliki dua mekanisme investasi. Pertama, perusahaan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah Cina sebanyak 15 Gwh. Namun sejauh ini, Beijing baru menyetujui 7,5 Gwh karena dijalankan menggunakan pendanaan perusahaan.Untuk mendapatkan persetujuan 7,5 Gwh berikutnya, pendanaan harus melalui pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO). “Jadi mereka bisa untuk memiliki kapasitas produksi 15 Gwh,” kata dia.Dikutip dari The Business Times, CATL disebut sedang mencari pinjaman sekitar US$ 1 miliar atau Rp 16,54 triliun untuk mendanai investasi di Indonesia. Hasil pinjaman ini akan digunakan untuk membiayai usaha patungan, yang berencana membangun fasilitas produksi sel baterai di Karawang, Jawa Barat.Hingga saat ini, CATL masih berkomunikasi dengan calon pemodal, sehingga besaran pinjaman masih berpotensi berubah. Upaya pembangunan produksi sel baterai ini muncul saat CATL mengukur minat investor untuk penjualan saham potensial US$ 5 miliar yang dapat menjadi pencatatan terbesar di Hong Kong dalam beberapa tahun.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *