Home / Bursa / Prospek Saham Chandra Asri (TPIA) Usai Teken 2 Aksi Jumbo, Begini Target Analis

Prospek Saham Chandra Asri (TPIA) Usai Teken 2 Aksi Jumbo, Begini Target Analis

PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) milik konglomerat Tanah Air Prajogo Pangestu memantapkan diri mengembangkan bisnis untuk 2025. Aksi korporasi terbaru, TPIA meneken kerja sama dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA). Kerja sama dengan Danantara dan INA dilakukan untuk menjajaki potensi investasi pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC). Total nilai proyek tersebut mencapai US$ 800 juta atau Rp 13 triliun. Selain itu, perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu tersebut bersama Glencore, Aster Chemicals and Energy baru saja menandatangani kesepakatan untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan atas fasilitas Unit Pemisah Kondensat atau Condensate Splitter Unit/CSU milik PCS Pte. Ltd. di Pulau Jurong, Singapura.Retail Research Analyst CGS International Sekuritas Indonesia Andrian A. Saputra mengatakan dua aksi korporasi yang dilakukan Chandra Asri dapat menjadi katalis positif bagi saham TPIA. Menurut Andrian, secara teknikal, prospek saham Chandra Asri dinilai masih akan mengalami kenaikan atau berada dalam tren bullish. Ia juga mengatakan jika saham TPIA masih berada di atas level 9.700, maka TPIA berpotensi mempertahankan tren bullish. “Yang terdekat sih akan mengarah ke level 10.600 dalam jangka pendek,” kata Andrian dalam keterangannya yang dikutip Kamis (19/6).Andrian juga mengatakan saham emiten petrokimia tersebut akan menguji level support 10.000 dan 9.775. Sementara untuk level resistance di level 10.450 dan 10.675.Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali naik karena peningkatan pembelian. Sedangkan resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar sehingga laju kenaikan harga tertahan.Sementara itu, Head of Research Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi mengatakan Saham Chandra Asri memiliki prospek yang bagus, namun lebih cocok untuk jangka menengah hingga panjang. Menurut Wafi saat ini pasar masih menanti kejelasan terkait skema pendanaan, proyeksi kontribusi terhadap pendapatan maupun laba perusahaan, serta waktu komersialisasi proyek-proyek akan digarap tersebut.“Positifnya, ini bisa jadi potensi sumber pendapatan baru TPIA dan buka peluang untuk sinergi dengan BUMN,” kata Wafi ketika dihubungi katadata.co.id Rabu (18/6).Meski begitu, Wafi mengatakan valuasi saham TPIA saat ini sudah tergolong mahal dengan price to book value (PBV) sekitar 14 kali. Potensi kenaikan harga (upside) diperkirakan terbatas hingga level 11.300 per saham. “Jika dalam beberapa kuartal ke depan tidak ada pertumbuhan signifikan pada laba per saham, maka ada risiko penurunan valuasi (rerating) ke kisaran 8.000,” katanya.Selain pengembangan aset dan investasi di luar negeri, TPIA juga bersiap membawa salah satu anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi (CDI) untuk melantai di bursa melalui penawaran umum perdana (IPO) dengan kode ticker CDIA. Langkah ini dinilai juga menjadi katalis positif tambahan bagi kinerja saham induknya di pasar modal.Pabrik yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional ini ditujukan untuk memperkuat kapasitas produksi nasional bahan kimia dasar, yakni soda kaustik dan Ethylene Dichloride (EDC). Dua bahan baku ini penting untuk berbagai sektor hilir, seperti pengolahan air, deterjen, alumina hingga pengolahan nikel.”Investasi ini sejalan dengan visi industrialisasi hilir dan transformasi ekonomi nasional,” ujar Chief Investment Officer Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6).Pabrik CA-EDC yang akan dijalankan oleh anak usaha TPIA, PT Chandra Asri Alkali (CAA) ini ditargetkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku kimia, dengan potensi penghematan devisa sebesar Rp 4,9 triliun per tahun. Selain itu, ekspor EDC dari pabrik ini diperkirakan dapat menghasilkan devisa tambahan hingga Rp 5 triliun per tahun. Studi kelayakan tengah dilakukan untuk mengkaji potensi pengembangan produk hilir berbasis klorin. Di sisi lain, perusahaan patungan atau joint ventura antara TPIA dan Glencore, Aster Chemicals and Energy telah sepakat untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan atas fasilitas Unit Pemisah Kondensat atau Condensate Splitter Unit/CSU milik PCS Pte. Ltd. di Pulau Jurong, Singapura. Transaksi ini mencakup pembelian 50% saham milik PCS dan menjadikan Aster sebagai pemilik penuh fasilitas tersebut.Fasilitas CSU tersebut dilengkapi berbagai infrastruktur penting, seperti tangki penyimpanan minyak mentah, tangki daur ulang serta tangki kerosin dengan teknologi pengolahan modern. Setelah akuisisi rampung, Aster berencana melakukan investasi untuk merevitalisasi fasilitas ini dan meningkatkan kapasitas pemrosesannya dari 237 ribu barel menjadi lebih dari 300 ribu barel per hari.CEO Grup Aster Erwin Ciputra menyatakan, langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memperkuat rantai pasok terintegrasi. Erwin juga menyebutkan, akuisisi ini akan meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi waktu henti, serta memberikan fleksibilitas dalam menghadapi lonjakan permintaan pasar regional. Proyek ini juga melengkapi aset pengolahan yang telah dimiliki Aster di Bukom dan Pulau Jurong, termasuk akuisisi terbaru atas Chevron Phillips Singapore Chemicals.“Kami akan memiliki basis aset yang lebih kuat untuk menyediakan solusi yang lebih andal dan kompetitif bagi pelanggan di Singapura dan Asia Tenggara,” kata Erwin dalam keterangan resminya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *