Home / Saham / Prediksi IHSG Hari Ini 16 Juni 2025, Waspadai Koreksi

Prediksi IHSG Hari Ini 16 Juni 2025, Waspadai Koreksi

Jakarta – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan Senin (16/6/2025). IHSG akan koreksi ke posisi 6.713-7.009.IHSG berlanjut melemah 0,25% ke posisi 7.204, koreksinya masih didominasi tekanan jual pada perdagangan Jumat, 13 Juni 2025.Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pada label merah, apabila IHSG hari ini break 7.240, IHSG akan membentuk wave (v) dari wave (a) yang akan menguji 7.263-7.355. “Namun, pada label hitam masih terdapat potensi koreksi IHSG ke rentang area 6.713-7.009,” ujar Herditya.Ia mengatakan, IHSG akan berada di level support 7.136,7.009 dan level resistance 7.263,7.324.Herditya mengatakan, selama sepekan IHSG akan didorong sejumlah faktor. Pertama, investor masih akan mencermati akan kelanjutan kesepakatan perang dagang dan geopolitik di Timur Tengah. Kedua, penguatan harga komoditas dunia, terutama emas dari geopolitik Timur Tengah. Ketiga, pergerakan nilai tukar rupiah yang diperkirakan rawan koreksi. “Keempat. Rilis data retail China dan juga rilis data suku bunga acuan dari Indonesia, Amerika Serikat dan China,” ujar dia.Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi melemah terbatas dengan level support dan resistance 7.129-7.330.Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).Sedangkan Herditya memilih saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), dan PT Panin Financial Tbk (PNLF).Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:1.PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) – Buy on WeaknessSaham AADI terkoreksi 1,73% ke 7.100 disertai dengan munculnya tekanan jual, pergerakannya pun masih belum mampu break MA20. “Kami perkirakan, posisi AADI sedang berada pada bagian dari wave (v) dari wave [a] pada label hitam,” ujar Herditya.Buy on Weakness: 6.650-6.975Target Price: 7.325, 7.475Stoploss: below 6.450 2.PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) – Buy on WeaknessSaham BRIS terkoreksi ke 2.620 disertai dengan munculnya tekanan jual, pergerakannya pun belum mampu break MA60. “Kami perkirakan, posisi BRIS saat ini  berada pada bagian dari wave [b] dari wave 2,” kata dia.Buy on Weakness: 2.530-2.610Target Price: 2.680, 2.750Stoploss: below 2.460 3.PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) – Buy on WeaknessSaham HRTA menguat 2,44% ke 630 disertai dengan munculnya tekanan jual. Herditya mengatakan, pihaknya perkirakan, posisi HRTA sedang berada pada bagian dari wave X, sehingga masih terdapat peluang HRTA melanjutkan penguatannya.Buy on Weakness: 610-625Target Price: 680, 710Stoploss: below 600 4.PT Panin Financial Tbk (PNLF) – Spec BuySaham PNLF menguat 1,43% ke 284 disertai dengan munculnya volume pembelian, tetapi penguatannya masiih tertahan Moving Average (MA)20harian. Selama masih mampu berada di atas 270 sebagai stoplossnya,  posisi PNLF diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave C.Spec Buy: 276-282Target Price: 306, 328Stoploss: below 270 Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.  Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti sejumlah sentimen selama sepekan.Dari Amerika Serikat, ada data Empire Manufacturing yang diproyeksikan masih akan tumbuh negatif, begitupun dengan Retail Sales Advance MoM yang diproyeksikan juga turun yang dimana Import Price Index MoM juga tumbuh negatif.Selain itu ada data ketenagakerjaan, dimana Initial Jobless Claims dan Continuing Claims diproyeksikan turun. Namun, perhatian penuh akan tertuju kepada pertemuan The Federal Reserve (the Fed) yang akan diadakan pada 19 Juni 2025. PT Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan suku bunga akan tetap bertahan di 4.5%. Mengingat kebijakan Trump yang masih memberikan ketidakpastian terhadap inflasi, meskipun data inflasi masih relatif terkendali bahkan cenderung mengalami penurunan.“Hal ini juga dibuktikan dengan University of Michigan 1yr Inflation yang turun dari sebelumnya 6.6% menjadi 5.1%, begitupun dengan inflasi jangka panjang 5-10yr inflation yang turun dari sebelumnya 4.2% menjadi 4.1%,” demikian seperti dikutip.Namun, karena adanya kenaikan tensi geopolitik, pihaknya menyakini bahwa ada kemungkinan The Fed akan semakin menahan posisi setidaknya untuk saat ini.Beralih ke Tiongkok, di mana ada banyak data penting yang akan mampu menggerakan pasar pekan ini. Mulai dari, Retail Sales YoY yang diproyeksikan turun, namun YTD masih di proyeksikan naik.Begitupun dengan Industrial Production yang diproyeksikan akan bergerak di level yang sama. Namun lagi – lagi Property Investment YTD YoY kembali mengalami penurunan dari sebelumnya – 10.3% menjadi -10.5%, yang tentu saja lagi – lagi memberikan gambaran bahwa situasi dan kondisi properti Tiongkok yang masih belum kunjung membaik.“Perhatian selanjutnya akan tertuju kepada 1yr dan 5yr Loan Prime Rate yang kami yakini masih bertahan di level 3% dan 3.5%,” demikian seperti dikutip. Untuk Jepang, ada beberapa data penting yang tidak bisa hindari, mulai dari Industrial Production yang kembali mengalami penurunan secara MoM dan YoY.“Beruntung, Tertiary Industri Index MoM diproyeksikan mengalami kenaikkan. Yang menjadi perhatian penting adalah pertemuan Bank Sentral Jepang yang akan diadakan pada 17 Juni 2025. Untuk pertemuan Bank Sentral Jepang, kami juga masih menyakini tingkat suku bunga mereka belum akan kembali naik, mengingat situasi dan kondisi masih penuh dengan tekanan akibat turunnya pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal pertama, dan inflasi yang masih belum stabil,” demikian seperti dikutip.Selain itu, data ekspor dan impor diproyeksikan akan mengalami penurunan, yang tentu saja menyebabkan trade balance juga menjadi tumbuh negatif. Dari kawasan Eropa, data inflasi diproyeksikan akan kembali turun dari sebelumnya 2.2% menjadi 1.8% – 2.2%.Dari Indonesia, pertemuan Bank Indonesia juga akan terjadi pada 18 Juni 2025. Bank Indonesia diprediksi masih akan bertahan di level 5.5%.“Ketidakpastian masih akan membebani pasar, terutama ketika tidak berujung. Oleh sebab itu, kami melihat bahwa tekanan masih akan terus berlanjut, meskipun kami juga melihat ini menjadi salah satu alasan yang tepat bagi IHSG dan pasar obligasi untuk bisa mengalami koreksi sehat,” 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *