Palembang – Pindang bambu merupakan salah satu kuliner khas Sumatera Selatan dengan proses pembuatan yang unik. Hidangan ini dimasak langsung di dalam batang bambu, menghasilkan cita rasa kaya rempah dengan aroma alami bambu.Mengutip dari berbagai sumber, masyarakat Musi Rawas mengembangkan pindang bambu sebagai bentuk adaptasi terhadap sumber daya alam sekitar. Bambu dipilih karena sifatnya yang tahan panas dan mampu memberikan aroma khas pada makanan.Pada masa lalu, hidangan ini sering disajikan dalam acara adat atau pertemuan penting. Penyajiannya dalam porsi besar menjadikan pindang bambu sebagai simbol kebersamaan.Kini, kuliner tersebut tetap lestari dan menjadi daya tarik wisata kuliner Sumatera Selatan. Ikan sungai seperti patin atau baung menjadi bahan utama pindang bambu.Rempah-rempah penyerta terdiri atas bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, serai, lengkuas, dan cabai. Kombinasi rempah tersebut menciptakan rasa gurih, pedas, dan sedikit asam yang khas.Asam kandis atau asam gelugur berperan sebagai pemberi rasa segar yang membedakannya dari pindang biasa. Beberapa variasi menambahkan santan untuk menghasilkan kuah lebih kental.Seluruh bumbu dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bambu bersama ikan dan air sebelum dimasak. Bambu muda dipilih karena memiliki ketahanan lebih baik terhadap panas.Batang bambu dipotong sepanjang 30-40 sentimeter dengan salah satu ujung tertutup ruas alami. Bagian atas kemudian ditutup rapat menggunakan daun pisang atau anyaman daun kelapa setelah diisi bahan. Proses pemasakan dilakukan dengan membakar bambu di atas bara api sambil diputar secara berkala. Waktu memasak berkisar 30-45 menit tergantung ukuran bambu.Aroma rempah dan bambu semakin kuat ketika kuah mencapai titik dididih di dalam batang. Pindang bambu yang telah matang dibuka dengan hati-hati untuk mempertahankan kuahnya.Kuah berwarna kuning keemasan tersebut memiliki aroma khas dari rempah dan bambu. Tekstur ikan menjadi lebih lembut akibat proses pemanasan merata dalam bambu.Hidangan ini umumnya disajikan langsung dalam batang bambu atau dipindahkan ke wadah saji. Penyajiannya biasa dilengkapi nasi hangat, sambal terasi, serta lalapan segar. Beberapa warung tradisional di Musi Rawas tetap mempertahankan metode penyajian asli untuk menjaga keautentikan.Penulis: Ade Yofi Faidzun
Pindang Bambu, Kuliner Tradisional Musi Rawas yang Dimasak dalam Batang Bambu

Tag:Breaking News