DEPOK, Komunitas Bioflok Indonesia mendorong sistem budidaya ikan berbasis teknologi bioflok untuk diadopsi secara nasional karena dinilai lebih ramah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
“Sistem konvensional itu kan banyak masalah lingkungannya. Masalah pemanasan global, itu memang dampaknya kelihatan,” ujar Pembina Bioflok Indonesia, Indra, saat berbincang dengan di MrBfarm, Sawangan, Depok, Sabtu (14/6/2025).
Teknologi bioflok memungkinkan efisiensi tinggi dalam penggunaan pakan dan pengelolaan kualitas air melalui kontrol mikroorganisme dan aerasi.
Baca juga: Sering jadi Korban Tengkulak, Petani Ikan Jawa Barat Gabung Komunitas
Sistem ini juga mengurangi ketergantungan pada alam, sehingga bisa diaplikasikan di berbagai kondisi geografis.
“Dengan sistem bioflok, kita bisa budidaya di mana saja, tidak perlu bergantung pada air deras atau danau besar. Ini mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam,” ucap Indra.
Salah satu keunggulan sistem bioflok adalah kemampuannya mengontrol pertumbuhan plankton jahat penyebab bau tanah pada ikan nila, yang biasa muncul akibat nutrisi tidak terkendali di kolam konvensional.
“Kalau ikan nila sering bau tanah, itu karena ganggang tumbuh sembarangan akibat nutrisi yang tak terkendali. Di bioflok, semuanya kita atur. Hasilnya, kualitas ikan lebih bagus dan tidak bau,” katanya.
Dari segi efisiensi energi, budidaya ikan juga lebih ramah lingkungan dibanding ternak darat.
Baca juga: Seleksi Terbuka Sekda Depok Dimulai, Simak Syarat dan Jadwalnya
Menurut Indra, hanya dibutuhkan 1,2 kilogram pakan untuk menghasilkan 1 kilogram daging ikan.
“Dampak ekologis dari budidaya ikan itu paling kecil. Ikan bisa jadi kunci ketahanan pangan dunia ke depan,” tegas Indra.
Komunitas ini juga membentuk DPW Bioflok Jawa Barat dan koperasi agar distribusi ikan tak lagi dikuasai tengkulak.
Harga jual dari petani ke pasar pun meningkat signifikan.
“Kalau konvensional biasanya petani cuma dapat Rp18.000- Rp22.000 per kilogram. Di koperasi kita, bisa sampai Rp28.000- Rp30.000. Selisih Rp6.000- Rp7.000 dikali ton-tonan hasil panen, itu besar untuk petani,” jelasnya.
Tak hanya itu, pelatihan gratis juga rutin digelar untuk petani pemula, termasuk korban PHK.
Baca juga: Sektor Perikanan Dinilai Menguntungkan, Pemprov Jabar Luncurkan Petani Ikan Milenial
Indra berharap pemerintah melibatkan komunitas praktisi dalam menyusun kebijakan perikanan agar program bantuan tidak kembali gagal.
“Selama ini program pemerintah bantuan 20 kolam, 10 kolam, itu rata-rata mangkrak. Saya paham karena rata-rata itu masuk e-katalog, berbasis proyek. Nah, sementara kontaktor yang ditunjuk untuk melakukan proyek itu nggak paham cara budidaya,” ujar Indra.
Dengan efisiensi produksi, ketahanan terhadap perubahan iklim, dan dampak lingkungan yang rendah, sistem bioflok dinilai layak menjadi model budidaya perikanan nasional ke depan.