Home / Startup / Pesan Mantan Menteri Kominfo ke Investor soal Startup Lakukan Penipuan

Pesan Mantan Menteri Kominfo ke Investor soal Startup Lakukan Penipuan

Beberapa startup Indonesia diduga melakukan penipuan dan hal ini menjadi perhatian investor. Menteri Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika periode 2014 – 2019 Rudiantara pun memberikan pesan kepada penanam modal mengenai hal ini.“Saya tidak perlu menyebutkan nama startup-nya. Saya bertemu dengan beberapa investor dan berkata ‘Rudi, lihat para pendiri startup menipu kita (investor). Mereka tidak transparan’,” kata Rudiantara menirukan respons para investor, dalam acara The Asia Grassroots Forum 2025, di Nusa Dua, Bali, Kamis (22/5). “Saya bilang ‘anda seorang investor. Anda bagian dari ekosistem dan bertanggung jawab. Contoh, investor menempatkan komisaris di startup. Apakah anda menunjuk komisaris dengan benar? Bukan hanya untuk formalitas? Lihatlah dari sudut pandang ini. Peran komisaris yakni mengawasi perusahaan guna memastikan rencana bisnis sesuai dengan yang diajukan kepada Anda’,” Rudiantara menambahkan.Pada sesi yang berbeda, Rudiantara mengakui bahwa tren pendanaan ke startup terus menurun. Ia pun menyoroti tata kelola para pendiri startup yang perlu dibenahi.“Sekarang investor asing lebih berhati-hati. Mereka hanya berani masuk di pendanaan kecil, sekitar US$ 50 ribu sampai US$ 200 ribu. Pendanaan besar sementara berhenti sampai tata kelola startup diperbaiki,” ujarnya.Salah satu kasus dugaan penipuan oleh pendiri startup di Indonesia yakni Investree. Startup pinjaman daring ini sempat disebut menjadi penjamin atas PT Putra Radhika Investama dan PT Radhika Persada Utama.Manajemen kemudian membantah hal itu. Investree menyampaikan, perusahaan-perusahaan yang menyebut Investree sebagai penjamin atau pengelola dana/investasi adalah tidak benar, tidak pernah dilakukan, dan tidak pernah ada persetujuan oleh Pemegang Saham dan Direksi Investree. Setelah izin Investree dicabut oleh OJK pada Oktober 2024, eks CEO Adrian Gunadi menjadi tersangka atas dugaan tindak pidana sektor jasa keuangan. Ia masuk Daftar Pencarian Orang atau DPO, dan diduga berada di luar negeri.Selain itu, eFishery. Pendiri startup perikanan ini, Gibran Huzaifah mengakui adanya manipulasi laporan keuangan. Laporan hasil investigasi awal yang bocor menunjukkan manajemen eFishery diduga menggelembungkan dana perusahaan US$ 600 juta atau Rp 9,8 triliun (kurs Rp 16.331 per US$) selama Januari – September 2024. Dalam laporan terbaru dari FTI Consulting yang ditinjau oleh Bloomberg, eFishery disebut merugi US$ 50 juta atau Rp 819,3 miliar (kurs Rp 16.390 per US$) sepanjang tahun lalu, menurut laporan DealStreetAsia. Startup ini dinilai tidak layak secara komersial dan sebagian besar bisnisnya harus ditutup.Gibran bercerita, saat awal-awal berdiri dan kebingungan mencari pendanaan, ia bertanya kepada sesama pendiri startup Indonesia tentang bagaimana mereka berhasil mengumpulkan investasi baru. Menurut dia, jawabannya seolah-olah mereka memanipulasi angka.”Mereka mengatakan bahwa mereka memanipulasi angka-angka. Mereka memiliki beberapa ‘growth hacking initiatives’ yang mereka lakukan dan biasanya mereka melakukannya sebelum penggalangan dana,” kata Gibran dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (15/4).“Saya tahu itu salah. Namun ketika semua orang melakukannya dan mereka masih baik-baik saja dan tidak pernah ketahuan, Anda mempertanyakan apakah itu benar-benar salah,” Gibran menambahkan.Gibran menyajikan keputusan yang dihadapinya sebagai masalah moralitas antara bersikap jujur dan berakhir bangkrut atau membesar-besarkan angka dan tetap mempertahankan bisnis untuk diri sendiri, karyawan, nelayan dan pembudi daya.“Ini seperti masalah troli dan tidak pernah menjadi pilihan yang mudah,” kata dia. Istilah yang dimaksud mengacu pada eksperimen pemikiran etis, yakni protagonis memilih untuk menabrak satu orang atau lima orang.“Kompas moral saya cukup matematis. Jika jumlah dampak yang dapat saya ciptakan pada waktu tertentu melebihi potensi risiko dan kerusakan yang mungkin terjadi, maka itu masih merupakan hal yang positif dan Anda harus tetap melakukannya selama itu merupakan hal yang positif,” Gibran menambahkan.Ia pun mengubah angka-angka pada laporan keuangan eFishery dan mengirimkannya kepada calon investor. Responsnya berbeda dibandingkan sebelumnya, ketika ia menyajikan angka sebenarnya.eFishery berhasil menarik perusahaan modal ventura Wavemaker Partners yang berkantor pusat di Singapura dan 500 Global yang berkantor pusat di San Francisco. Putaran investasi ini berhasil mengumpulkan total US$ 4 juta, termasuk tahap ketiga dari Aqua-Spark.Akan tetapi, pendiri Gojek Kevin Aluwi membantah banyak startup melakukan penipuan.“Saya tidak mengerti motif Gibran Huzaifah menjelek-jelekan pendiri startup Indonesia lainnya. ‘Tidak semua orang’ melakukannya. Hanya sebagian kecil yang melakukan penipuan. Perusahaan teknologi terbesar dan tersukses di Indonesia dimulai oleh orang-orang dengan standar etika yang sangat tinggi,” kata dia melalui akun X, bulan lalu.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *