Home / Jawa Barat / Pepes Pasupati, Sajian Ritual dalam Tradisi Kematian Masyarakat Sunda

Pepes Pasupati, Sajian Ritual dalam Tradisi Kematian Masyarakat Sunda

Bandung – Masyarakat Sunda memiliki tradisi kuliner khusus dalam prosesi penghormatan kepada yang telah meninggal. Pepes pasupati, hidangan berbahan dasar ikan atau ayam yang dibungkus daun pisang, menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian upacara kematian dengan makna dan tata cara penyajian khusus.Mengutip dari berbagai sumber, pepes pasupati merupakan bentuk adaptasi dari hidangan pepes tradisional Sunda untuk keperluan ritual. Hidangan ini secara khusus disajikan dalam rangkaian upacara kematian, berbeda dengan pepes biasa yang dikonsumsi sehari-hari.Penyajiannya mengikuti hari-hari penting dalam tradisi Sunda setelah kematian, seperti hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, atau seratus hari. Proses pembuatan pepes pasupati melibatkan tata cara khusus.Bahan utama berupa ikan atau ayam segar dibumbui dengan rempah-rempah khas Sunda seperti kunyit, kencur, dan lengkuas. Daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus dipilih yang masih muda.Beberapa komunitas menambahkan daun khusus seperti daun sirih atau salam sebagai bagian dari ritual. Tradisi penyajian pepes pasupati mengikuti aturan tertentu.Hidangan ini selalu disajikan dalam jumlah ganjil, biasanya tujuh bungkus, yang melambangkan tahapan perjalanan arwah menurut kepercayaan Sunda. Penyajiannya tidak hanya untuk keluarga yang berduka, tetapi juga dibagikan kepada tetangga dan kerabat dekat.Dalam filosofi Sunda, setiap elemen pepes pasupati mengandung makna simbolis. Daun pembungkus melambangkan perlindungan, rempah-rempah menandakan penyucian, dan proses pemasakan yang lambat menggambarkan transisi menuju alam baka. Aroma yang dihasilkan dianggap sebagai media penghubung antara dunia fisik dan spiritual. Variasi pepes pasupati dapat ditemui di berbagai daerah Sunda.Seperti di Garut, hidangan ini sering menggunakan ikan mas sebagai bahan utama. Masyarakat Bogor memiliki tradisi menambahkan kemangi sebagai simbol kesucian.Penyajiannya biasanya disertai nasi liwet dan sayuran segar sebagai pelengkap ritual. Pelestarian tradisi pepes pasupati masih dapat dijumpai di komunitas Sunda yang memegang teguh adat. Proses pembuatannya sering kali melibatkan gotong royong keluarga besar, mulai dari pemilihan bahan hingga penyiapan hidangan.Penulis: Ade Yofi Faidzun

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *