Home / Jawa Barat / Peningkatan TDKN Pesawat CN235-220, PTDI Sepakati Kontrak Payung dengan Perusahaan Heggemann Jerman

Peningkatan TDKN Pesawat CN235-220, PTDI Sepakati Kontrak Payung dengan Perusahaan Heggemann Jerman

Bandung – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyepakati Framework Agreement (FA) atau kontrak payung dalam jumlah tertentu dengan perusahaan teknologi kedirgantaraan Heggemann, Jerman guna mendorong peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) serta mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen.Penandatanganan itu dilakukan pada hari pertama penyelenggaraan Indo Defence 2024 Expo & Forum yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025) lalu.”Melalui kolaborasi ini, PTDI terus berkomitmen untuk membangun ekosistem dirgantara yang kuat dan mandiri. Kami percaya bahwa sinergi dengan mitra internasional seperti Heggemann akan mempercepat penguasaan teknologi strategis dan menjaga relevansi produk-produk unggulan Indonesia di pasar global,” ujar Direktur Niaga, Teknologi dan Pengembangan PTDI, Moh Arif Faisal dalam keterangannya ditulis Bandung, Jumat (13/6/2025).Arif mengatakan kesepakatan ini merupakan langkah strategis dalam mendorong kemandirian industri pertahanan nasional, khususnya dalam pembangunan kemampuan manufaktur komponen landing gear dan engine air intake secara mandiri di dalam negeri.Sehingga sebut Arif, PTDI tidak hanya memperkuat rantai pasok industri lokal, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan daya saing program pesawat CN235-220 agar tetap mampu berkontribusi secara signifikan di pasar global.”Sehingga dapat memperkuat posisi industri kedirgantaraan nasional,” ungkap Arif.Arif menegaskan kerja sama ini menjadi bukti nyata bahwa PTDI terus memperkuat posisi sebagai pelaku utama dalam industri pertahanan dan dirgantara nasional, sekaligus menghadirkan solusi teknologi yang adaptif terhadap kebutuhan nasional dan internasional di masa mendatang. Dilansir laman Dirgantara Indonesia, pada 17 Oktober 1979, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) kini menjadi PTDI dan CASA (sekarang Airbus Defense & Space) mendirikan perusahaan baru, Aircraft Technology (Airtech) untuk mendesain CN235.Pesawat multiguna baru ini memiliki kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL), ramp door untuk memudahkan keluar serta masuk barang, dan karakteristik biaya perawatan rendah.Prototipe pertama “Elena” yang diproduksi oleh CASA melakukan penerbangan perdananya pada 11 November 1983 dan prototipe kedua “Tetuko” yang diproduksi oleh IPTN (sekarang PTDI) terbang untuk pertama kalinya pada Desember 1983. Produksi serial dimulai pada 1986 untuk versi 10 dan 100.Kemudian PTDI mengembangkan versi yang disempurnakan, seperti versi 110 dan 220; sedangkan Airbus Defense & Space dengan versi 200 dan 300-nya. Hingga saat ini, lebih dari 300 CN235 telah diproduksi dalam banyak versi dengan dua mesin General Electric CT7-9C terbaru (masing-masing memiliki 1.750 SHP).Dalam kolaborasi untuk tujuan ekspor, PTDI memproduksi outer wings, horizontal stabilizers, vertical fins and doors untuk Airbus Defense & Space. Sementara Airbus Defense & Space menghasilkan disassembled noses, disassembled cockpit, and center wings untuk PTDI.Adapun tiga jenis tipe pesawat CN235 antara lain:1.⁠ ⁠CN235-220 CivilDengan kemampuan CN 235-220 dapat mengangkut beban maksimal hingga 4.700 Kg ataupun dengan jumlah penumpang sebanyak 36 orang, menjadikan pesawat ini cocok sebagai solusi terbaik untuk berbagai kebutuhan dari operator sipil maupun pemerintah di segmen kelas pesawat ringan-sedang.2.⁠ ⁠CN235-220 Military TransportPesawat Angkut Militer CN235-220 yang diproduksi PTDI telah mengalami berbagai peningkatan dalam desain, aplikasi teknologi dan metode manufaktur untuk memenuhi standar dengan kualitas tertinggi untuk memenuhi kebutuhan operasional dengan berbagai lingkungan yang menantang.3.⁠ ⁠CN235-220 Special MissionCN235-220 merupakan pesawat yang telah terbukti tangguh untuk melakukan berbagai misi khusus seperti Search and Rescue (SAR), pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut, pengawasan dan keamanan laut, Anti-Surface Warfare (ASuW) dan Anti-Submarine Warfare (ASW). 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *