Home / Tech News / Peneliti Manfaatkan AI untuk Ungkap Misteri Fenomena UFO dan UAP, Hasilnya?

Peneliti Manfaatkan AI untuk Ungkap Misteri Fenomena UFO dan UAP, Hasilnya?

Jakarta – Sebuah tim internasional yang terdiri dari sekitar 30 fisikawan telah mengembangkan metodologi baru untuk membantu NASA dan badan-badan pemerintah lainnya dalam menyelidiki unidentified aerial phenomena (UAP) atau fenomena udara tak teridentifikasi.Inovasi ini menggabungkan kecerdasan buatan atau AI yang dirancang khusus dengan pendekatan ilmiah, yang sebelumnya digunakan untuk memburu materi gelap sebagai salah satu misteri terbesar dalam fisika modern.UAP, yang dulu lebih dikenal sebagai UFO, kini tak lagi dianggap sebatas kisah fiksi ilmiah. Banyak peneliti fokus mengurai penyebab fenomena tersebut. Ada yang menyebutnya sebagai pesawat eksperimental rahasia, fenomena astronomi, atau bahkan kesalahan identifikasi drone. Namun, beberapa di antaranya masih menyisakan tanda tanya. Untuk itu, Dr. Matthew Syzdagis, fisikawan dari University at Albany bersama timnya mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam jurnal Progress in Aerospace Studies.Dikutip dari Popular Science, Selasa (10/6/2025), melalui metodologi baru ini mereka mengusulkan pendekatan lintas disiplin untuk meneliti data UAP, baik yang sudah ada maupun yang akan datang.“Kami ingin memastikan studi UAP ke depan mengikuti metode ilmiah yang ketat dan dapat diulang oleh peneliti lain,” ujar Syzdagis. Tim peneliti menggunakan beragam data dan alat pendukung untuk membangun kerangka kerja mereka.Di antaranya adalah data cuaca Doppler publik dari National Weather Service (NWS) untuk memverifikasi apakah ada peristiwa atmosfer yang bertepatan dengan laporan UAP.Mereka juga memanfaatkan Cosmic Watch, sistem deteksi radiasi, untuk melihat apakah objek yang tertangkap kamera inframerah mengeluarkan radiasi pengion.Inti dari sistem ini adalah perangkat lunak baru bernama Custom Target Analysis Protocol (C-TAP). Dikembangkan oleh Syzdagis, C-TAP menggunakan machine learning untuk menganalisis setiap bingkai video inframerah hingga tingkat piksel, menyaring “kebisingan digital” dan mengisolasi objek yang benar-benar teramati.Proses ini kemudian dipadukan dengan perhitungan trigonometri untuk menyaring objek langit yang sudah dikenal seperti satelit atau Stasiun Luar Angkasa Internasional.Untuk menguji efektivitas metode mereka, para peneliti menganalisis data dari ekspedisi tahun 2021 di Laguna Beach, California, yang bertepatan dengan peningkatan laporan UAP.Mereka mengulas satu jam rekaman video, 600 jam data inframerah, dan 55 jam pengukuran radiasi latar. Hasilnya, hampir semua penampakan dapat dijelaskan secara logis, kecuali satu.Rekaman tersebut menunjukkan titik-titik putih terang di dalam bayangan gelap yang terekam oleh beberapa kamera. Meski masih membingungkan, para peneliti menyimpulkan penampakan itu belum cukup untuk dikategorikan sebagai anomali sejati.“Belum ada yang bisa diklasifikasikan sebagai anomali sejati, walaupun studi lebih lanjut terhadap ambiguitas yang tersisa bisa mengubah kesimpulan ini,” tulis mereka dalam laporan tersebut.Metodologi ini membuka jalan bagi penelitian UAP yang lebih sistematis dan bebas bias. Dr. Kevin Knuth, rekan Syzdagis sekaligus profesor fisika di University at Albany, menegaskan urgensi dari studi ini.“Mengingat skala global dan lamanya fenomena UAP/UFO berlangsung, serta implikasinya terhadap keselamatan dan keamanan udara,” ujarnya.Dengan pendekatan baru ini, para peneliti berharap dapat mengubah narasi seputar UFO dari spekulasi menjadi penyelidikan berbasis data.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *