Home / Sumatera / Parhalaan, Zodiak Batak dan Warisan Budaya yang Masih Dipraktikkan

Parhalaan, Zodiak Batak dan Warisan Budaya yang Masih Dipraktikkan

Medan – Selain zodiak Yunani yang populer di dunia, Indonesia memiliki sistem perbintangan sendiri yang berasal dari kebudayaan Batak. Zodiak ini dikenal sebagai parhalaan.Zodiak tradisional ini tidak hanya berdasarkan tanggal lahir. Akan tetapi juga melibatkan berbagai faktor kehidupan dan dibaca oleh ahli spiritual yang disebut datu.Mengutip dari berbagai sumber, parhalaan merupakan sistem penentuan nasib dan karakter seseorang berdasarkan perhitungan kalender Batak. Sistem ini menggunakan kalender Batak kuno yang perhitungannya tidak sama dengan kalender Masehi.Parhalaan sangat jauh berbeda dengan zodiak Barat yang hanya mengandalkan posisi matahari. Proses pembacaan parhalaan dilakukan oleh seorang datu.Datu sendiri adalah ahli spiritual dalam masyarakat Batak. Jika ingin mendapatkan pembacaan yang akurat, seseorang harus memberikan informasi lengkap termasuk tanggal lahir, tempat lahir, jam kelahiran jika diketahui, serta marga.Uniknya, marga dalam sistem kekerabatan Batak turut memengaruhi hasil pembacaan zodiak ini. Fungsi utama parhalaan dalam masyarakat Batak adalah untuk menentukan hari baik dalam pelaksanaan berbagai kegiatan penting. Mulai dari upacara pernikahan, pendirian rumah, hingga memulai usaha pertanian, masyarakat Batak tradisional masih kerap berkonsultasi dengan datu untuk mengetahui waktu yang paling tepat. Sistem ini juga digunakan untuk memahami karakter seseorang dan memprediksi kecocokan antarindividu, terutama dalam hubungan pernikahan.Berbeda dengan zodiak populer yang memberikan ramalan umum harian atau bulanan, parhalaan bersifat lebih personal karena jawabannya tergantung pada pertanyaan spesifik yang diajukan. Kalender Batak yang menjadi dasar parhalaan memiliki perhitungan waktu yang sendiri.Satu bulan dalam kalender ini terdiri dari 30 hari, dengan sistem penamaan hari yang berbeda dari kalender Masehi. Perhitungan ini dikaitkan dengan posisi bulan dan berbagai pertanda alam yang diyakini memengaruhi kehidupan manusia.Sampai saat ini, praktik konsultasi perhalaan masih bertahan di beberapa komunitas Batak, terutama di daerah pedesaan. Para datu masih mempertahankan tradisi ini di era yang serba digital ini.Penulis: Ade Yofi Faidzun

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *