JAKARTA, KOMPAS.com — Pandemi Covid-19 membawa dampak besar terhadap kehidupan para pedagang dan seniman Betawi, khususnya mereka yang bergelut dalam kesenian ondel-ondel.
Pembatasan aktivitas masyarakat dan penutupan lokasi jualan menyebabkan banyak pelaku seni kehilangan mata pencaharian, termasuk seniman ondel-ondel yang kini semakin terpinggirkan.
Mulyadi (57), Ketua Sanggar Irama Betawi, mengungkapkan bahwa sebelum pandemi, para seniman ondel-ondel masih mendapat panggilan untuk tampil dalam berbagai acara budaya.
“Banyak kalau dulu buat kita bang, tapi kalau sekarang karena Covid, semua goyang,” ucap Mulyadi kepada saat ditemui di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025).
Baca juga: Pemprov DKI Larang Ondel-ondel Dipakai Mengamen, Perajin: Mau Dikemanakan Ini Pengamen?
Mulyadi menuturkan, bahwa dampak ekonomi sangat dirasakan, karena tidak hanya panggilan pentas yang menurun drastis, tetapi juga pesanan ondel-ondel yang kini nyaris tidak ada.
“Karena dari ekonomi masyarakat juga udah goyang, kita tidak bisa ngomong apa-apa, pesanan juga sepi,” jelasnya.
Menurut Mulyadi, sebelum pandemi banyak sanggar seni Betawi yang masih aktif di wilayahnya. Namun kini, sebagian besar sanggar telah tutup karena tidak mampu bertahan secara ekonomi.
“Banyak kalau wilayah saya sebelum Covid, tapi sekarang mereka sudah tumbang satu-satu. Sekarang cuma sisa tiga sanggar aja,” ujarnya.
Baca juga: Perajin Khawatir Larangan Penggunaan Ondel-ondel untuk Ngamen Tumbuhkan Premanisme
Tak hanya terpukul secara ekonomi, para seniman ondel-ondel kini menghadapi tantangan baru. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana melarang penggunaan ondel-ondel sebagai alat mengamen.
Larangan ini akan dimasukkan ke dalam Peraturan Daerah (Perda) tentang Lembaga Adat Betawi yang saat ini sedang disusun.
Mulyadi menyatakan, bahwa ia sebenarnya memahami alasan pelarangan tersebut, namun menilai pemerintah belum memberikan solusi konkret bagi para pengamen ondel-ondel yang kehilangan ruang berekspresi sekaligus sumber penghasilan.
“Tergantung pemerintah, kalau dilarang, mau dikemanakan ini pengamen ondel-ondel, nanti ujung-ujungnya menambahkan pengangguran,” katanya.
Baca juga: DPRD Jakarta Sebut Ondel-Ondel Harus Dikembangkan, Bukan untuk Ngamen
Mulyadi menegaskan, bahwa para pengamen tersebut bukanlah pelaku premanisme, melainkan orang-orang yang berusaha memperkenalkan kebudayaan Betawi kepada masyarakat melalui cara yang sederhana.
“Kasarnya kan bukan preman, mereka kedepankan kebudayaan melalui mengamen,” ujarnya.
Mulyadi juga mengungkapkan kekhawatirannya jika larangan tersebut diberlakukan tanpa adanya dukungan terhadap pelestarian budaya Betawi, khususnya ondel-ondel.