Yogyakarta – Museum Gumuk Pasir berada di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Museum ini merupakan bagian dari Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP).Pendirian PGSP tak bisa dilepaskan dari fenomena gumuk pasir Parangtritis. PGSP merupakan lembaga penelitian yang menunjang studi fenomena alam tersebut.Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta, gumuk pasir Parangtritis telah ditetapkan sebagai warisan geologi. Selain menjadi destinasi wisata, gumuk pasir tersebut juga dijadikan sebagai laboratorium alam pada sektor pendidikan dan penelitian.Dari latar belakang tersebut, Museum Gumuk Pasir hadir dengan konsep kepesisiran dan kemaritiman berbasis informasi geospasial. Museum ini didirikan atas kerja sama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) bersama Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2001.Awalnya, nama yang diberikan adalah Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis (LGPP). Pada 2015, LGPP direvitalisasi menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP).Pada 2016, perjanjian kerjasama diperbarui dengan memperkuat keberadaan Museum Gumuk Pasir. Museum ini hadir sebagai wadah pengelolaan dan pengembangan hasil-hasil riset, pengetahuan geospasial, serta wawasan dalam bidang kepesisiran dan kemaritiman.Museum Gumuk Pasir memiliki sekitar 264 koleksi yang terdiri dari alat peraga, koleksi pasir, koleksi batuan dan berbagai macam koleksi menarik lainnya. Koleksi-koleksi tersebut terletak di tiga gedung Museum Gumuk Pasir.Saat berkunjung ke sini, wisatawan berkesempatan menonton video proses terjadinya gumuk pasir, melihat koleksi hologram, melihat video dalam ruang audio visual, hingga berkesempatan mengunjungi berbagai zona interaktif seputar kepesisiran. Pada 2021, Museum Gumuk Pasir memiliki koleksi baru berupa koleksi miniatur berbagai macam jenis kapal pada zona bahari. Gumuk Pasir Parangtritis adalah sebuah fenomena alam bentang lahan di Yogyakarta. Fenomena ini terjadi karena bentukan alam yang berasal dari material gunung berapi yang terbawa ke tepi pantai, kemudian terkena gerusan gelombang.Fenomena itu kemudian membentuk pasir yang lembut dan halus. Pasir halus tersebut lalu mengering dan terbawa embusan angin, sehingga terbentuklah gumuk.Gumuk pasir Parangtritis seharusnya hanya terbentuk di daerah kering atau arid, seperti di gurun pasir di Afrika dan Arab. Namun karena di Parangtritis beriklim tropika basah atau humid tropics, maka bisa menjadi faktor terbentuknya gumuk pasir tersebut.Fenomena ini menjadi salah satu keunikan yang langka di Yogyakarta. Pasalnya, tidak semua wilayah pesisir Indonesia memiliki gumuk pasir.Gumuk pasir Parangtritis memiliki luas total 413 hektare yang terbagi menjadi tiga zona. Terdapat zona inti seluas 141,5 hektare, zona terbatas 95,3 hektare, dan zona penunjang 176,6 hektare. Untuk mempelajari lebih detail terkait fenomena alam ini, wisatawan bisa mampir ke Museum Gumuk Pasir.Penulis: Resla
Museum Gumuk Pasir, Pusat Informasi Fenomena Alam Unik di Pantai Parangtritis

Tag:Breaking News