JAKARTA, PT Indo Premier Sekuritas meluncurkan fitur IPOT Bond, yang memungkinkan investor baru untuk membeli obligasi secara langsung.
Peluncuran fitur baru ini dilatabelakangi dengan masih rendahnya adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia, terutama akibat kurangnya pemahaman investor ritel terhadap mekanisme dan cara kerja obligasi di pasar sekunder.
Direktur Utama PT Indo Premier Sekuritas Moleonoto The mengatakan, IPOT Bond hadir sebagai bentuk komitmen Indo Premier untuk membantu investor ritel meraih keuntungan maksimal dari obligasi dengan menawarkan harga terbaik yang dapat diakses oleh para investor.
Baca juga: Tarik Investor Asing, Obligasi RI Kian Menarik di Tengah Sinyal Dovish The Fed?
“Melalui IPOT Bond, kami membuka jalan bagi investor ritel untuk meraih potensi keuntungan yang lebih maksimal dengan akses harga terbaik, baik untuk obligasi pemerintah maupun korporasi, serta kemudahan likuiditas yang ditingkatkan. Ini bukan sekadar fitur, tapi langkah konkret untuk mengubah cara kita melihat, mengakses, dan memaksimalkan investasi obligasi,” ujar dia dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (18/5/2025).
IPOT Bond lanjut dia, bukan hanya pelengkap, tetapi bagian dari transformasi yang lebih besar tentang bagaimana Indo Premier menghadirkan lebih banyak pilihan instrumen investasi melalui aplikasi IPOT.
“Kami percaya, dengan akses yang mudah dan harga yang lebih kompetitif, investor ritel bisa menikmati keuntungan maksimal dari IPOT Bond,” kata Moleonoto.
Dia menyebutkan, IPOT Bond menawarkan harga beli obligasi yang lebih kompetitif, fleksibilitas memilih antara obligasi pemerintah dan korporasi, proses transaksi yang cepat dengan jam transaksi yang lebih panjang dan eksekusi langsung. Selain itu, setiap pembelian obligasi akan langsung masuk ke dalam portofolio.
“Berbagai keunggulan ini adalah sesuatu yang belum pernah ditawarkan perbankan atau aplikasi investasi lainnya,” sebutnya.
Sebagai informasi, data statistik Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir Maret 2025 menunjukkan jumlah investor ritel untuk SBN baru mencapai 1,19 juta investor, lebih rendah dibandingkan jumlah investor pasar modal yang telah mencapai 15,7 juta investor, jumlah investor saham 6,7 juta investor, dan jumlah investor reksa dana 14,8 juta investor.
Baca juga: Pahami soal Durasi Obligasi, Cara Cerdas Kelola Risiko dan Raih Cuan