Peringkat kredit Amerika Serikat (AS) kembali mendapat tekanan setelah Moody’s resmi menurunkan status utang negara itu dari level tertinggi AAA menjadi AA1.Langkah ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga pemeringkat besar terakhir yang mencabut gelar triple-A dari AS, menyusul Fitch dan S&P yang telah lebih dulu melakukan hal serupa.Moody’s mengkhawatirkan lonjakan utang pemerintah dan defisit anggaran yang melebar. “Pemerintah dan Kongres AS secara berturut-turut gagal menyepakati langkah konkret untuk membalikkan tren defisit fiskal tahunan yang besar dan meningkatnya biaya bunga,” tulis Moody’s dikutip dari The Guardian, Senin (19/5).Utang nasional AS kini mencapai US$36 triliun atau sekitar Rp592,6 kuadriliun (kurs Rp16.460 per dolar AS), dan Moody’s memperkirakan defisit anggaran akan terus membengkak dalam dekade mendatang seiring meningkatnya belanja sosial (entitlement spending) dan pendapatan negara yang stagnan.Meskipun keputusan Moody’s ini cukup bersejarah, para analis memperkirakan dampaknya terhadap pasar akan terbatas. “Ini akan menarik perhatian media, tapi dampak pasarnya kemungkinan akan terjaga,” kata penasihat ekonomi utama Allianz Mohamed El-Erian.Harga obligasi pemerintah AS sudah mengalami pelemahan dalam beberapa tahun terakhir, dengan imbal hasil (yield) obligasi 10 tahun mendekati 4,5%. Penurunan peringkat ini bisa mendorong investor menuntut imbal hasil lebih tinggi.“Penurunan ini bisa jadi sinyal bahwa investor akan menuntut yield yang lebih besar,” ujar Brandywine Global Investment Management Tracy Chen.Namun, dari sisi teknis perbankan, dampaknya diprediksi minim. “Secara mekanis, downgrade ini hampir tidak berpengaruh karena regulator tidak membedakan AAA dan AA1 dalam penghitungan risiko modal,” tulis Toby Nangle, mantan kepala alokasi aset di Columbia Threadneedle, di Financial Times.Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut langkah Moody’s sebagai indikator yang tertinggal. “Moody’s adalah indikator yang lambat,” ujarnya kepada NBC.Sementara itu, Gedung Putih melalui Direktur Komunikasi Steven Cheung mencoba menyerang kredibilitas Moody’s dengan menyebut kepala ekonomnya, Mark Zandi, sebagai “penasihat Obama dan donor Clinton.” Namun perlu dicatat, Zandi adalah ekonom di Moody’s Analytics, bukan di divisi pemeringkatan kredit.Meski ada kekhawatiran di kalangan pasar, beberapa pelaku pasar menilai risiko gagal bayar AS tetap sangat kecil. “Kalau ada satu aset di dunia ini dengan kemungkinan gagal bayar paling kecil, itu obligasi pemerintah AS,” kata Stephen Innes dari SPI Asset Management.Ia menegaskan, bahwa AS menerbitkan utang dalam mata uang yang mereka cetak sendiri, dan mereka mengendalikan mata uang cadangan global. Pemerintah tidak akan gagal bayar jika bank sentral bisa menciptakan likuiditas hanya dengan mengetik di keyboard.
Moody’s Pangkas Peringkat Utang AS, Bagaimana Dampak ke Pasar?

Tag:Breaking News