Home / Jawa Tengah - DIY / Mesin Tik Braille, Bagian Perkembangan dalam Sistem Tulisan Braille

Mesin Tik Braille, Bagian Perkembangan dalam Sistem Tulisan Braille

Yogyakarta – Mesin tik braille atau braillewriter menjadi alat bantu yang penting bagi penyandang tunanetra. Melalui mesin tik ini, mereka mampu mendapatkan hak informasi dalam bentuk tulisan atau bacaan dengan sistem huruf braille.Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Yogyakarta, huruf braille menjadi solusi bagi tunanetra untuk berkomunikasi. Seiring berkembangnya teknologi, saat ini huruf braille juga digunakan untuk memberikan pembelajaran bagi para penyandang tunanetra.Sayangnya, saat ini buku dengan huruf braille masih sangat jarang ditemui. Bahkan, sekadar pengumuman publik dalam hutuf braille pun jarang ditemui.Salah satu alasan permasalahan tersebut karena untuk membuat tulisan braille dibutuhkan proses yang lebih sulit dan waktu yang lebih lama. Terlebih, jika pengerjaannya masih menggunakan cara manual.Sejak sekitar abad ke-4, pengembangan sistem tulisan bagi tunanetra dimulai dengan merepresentasikan tulisan Latin atau Romawi. Ini dilakukan dalam bentuk tactual (berkenaan dengan peraba) berupa ukiran pada kayu atau lilin, potongan-potongan logam atau kulit, serta berupa konfigurasi tali-temali.Menjelang akhir abad ke-18, upaya tersebut beralih ke penimbulan tulisan awas pada kertas. Menyadari bahwa hasilnya tidak efektif bagi para tunanetra, pada abad ke-19 perhatian orang mulai teralihkan pada penggunaan titik-titik timbul dengan bentuk huruf yang berbeda dari tulisan awas.Upaya tersebut diawali oleh Charles Barbier. Kemudian, dilanjutkan dan disempurnakan oleh Louis Braille. Sistem tulisan braille menggunakan pola enam titik domino. Pola tersebut dapat membentuk 63 macam konfigurasi titik-titik untuk mewakili berbagai macam simbol.Alat yang dipergunakan untuk menulis braille disebut reglet dan pen. Berkat braille, lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca, menulis, dan mengenyam pendidikan.Sementara itu, keberadaan mesin tik braile memberi kemudahan untuk para penyandang tunanaetra dalam berkomunikasi dan bersosialisasi di masyarakat. Saat ini, mesin tik braille menjadi salah satu koleksi penting di Museum Dr. Yap Prawirohusodo Jalan Cik Di Tiro No.5, Yogyakarta.Pengunjung berkesempatan melihat dan merasakan langsung cara menggunakan mesin tik ini. Selain itu, pengunjung juga dapat ikut membaca buku-buku dengan tulisan braile.Bahkan saat pameran museum DIY, pengunjung dapat menggunakan mesin tik braile secara cuma-cuma dan bebas. Tentunya, hal itu dilaksanakan dengan pengawasan dari petugas.Penulis: Resla

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *