Warsaw – Bali dan Polandia.Dua tempat yang terasa begitu jauh, namun jembatan harapan bisa terbentang dari satu keputusan besar.Itulah yang dialami oleh Intan, seorang perempuan asal Klungkung, Bali, yang kini telah 3,5 tahun menjalani karier sebagai terapis di Resor Dolina Charlotty, Polandia.Kisah Intan bermula dari tekanan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Ketika banyak hotel di Bali tutup dan kesempatan kerja hilang, Intan yang telah berpengalaman menjadi terapis sejak usia 19 tahun tak menyerah. Ia mencoba peruntungan di luar negeri.Setelah melamar ke beberapa negara, akhirnya Polandia menjadi takdirnya.”Saya melamar ke Polandia, Turki dan Jerman. Setelah interview, keterimanya di sini,” ungkap Intan saat ditanya di kawasan resor Dolina Charlotty, Slupsk, Polandia, Selasa (17/6/2025).Setelah proses visa yang memakan waktu hingga satu setengah tahun, ia tiba di negara empat musim itu pada Januari 2022.Meski pernah bekerja di Maladewa, Malaysia, dan Sri Lanka, menurut Intan, pengalaman di Polandia terasa berbeda.”Orang-orang di sini ramah banget. Kalau kita bawa barang berat, ada aja yang bantu. Padahal nggak kenal,” ujar perempuan berusia 30 tahun itu.Hal yang paling berkesan bagi Intan selama bekerja di Polandia adalah rasa dihargai. Berbeda dengan pengalaman sebelumnya di beberapa negara Asia, ia merasa keprofesionalan lebih diutamakan di Polandia.”Di sini kalau kerja bagus, langsung dibilang bagus. Kita merasa dihargai. Itu yang bikin betah,” katanya.Intan juga merasa lebih nyaman menghadapi tamu-tamu dari Polandia dan Jerman yang menurutnya lebih sopan dan tidak menuntut berlebihan.”Mereka segan, nggak maksa-maksa. Beda banget sama tamu dari Rusia atau India yang kadang suka nyebelin,” ungkapnya. Bekerja di Polandia bukan tanpa tantangan. Intan menyebut musim dingin adalah hal tersulit yang harus ia hadapi.”Pertama kali kena salju, langsung sakit. Pernah sampai minus 12 derajat, dinginnya luar biasa,” kenangnya.Soal bahasa, meski belum fasih berbicara bahasa Polandia, Intan cukup memahami percakapan sehari-hari.”Saya ngerti, tapi jawabnya kadang bingung. Tapi orang-orang sini pengertian kok,” tambahnya.Di Polandia, Intan juga menemukan keluarga kedua. Resor Dolina Charlotty lebih dulu mempekerjakan lima terapis lainnya, yang semuanya berasal dari Bali.Ia mengaku disambut hangat oleh terapis lain yang sudah bekerja jauh lebih lama darinya.”Friendly, sudah kaya keluarga. Mereka kan udah lebih lama, ada yang (sudah bekerja) 12 tahun, ada yang udah lima tahun, ada yang udah tujuh tahun juga disini,” kata dia.Menjadi pekerja rantau dan jauh dari rumah merupakan cara Intan memenuhi kebutuhan keluarganya.Ia menyebut, kebutuhan ekonomi keluarga menjadi salah satu alasan ia bekerja hingga ke Polandia.”Saya kan masih ada adik sekolah, saya juga selalu ngirim ke keluarga setiap bulan,” tutur Intan.Keluarga juga yang menjadi support system terkuatnya hingga saat ini, bahkan ketika ada stigma yang melekat padanya ketika berprofesi menjadi seorang terapis.”Beban kita itu hilang pas keluarga itu support kita. Kebetulan banyak keluarga saya juga kerja di bidang pariwisata, di hotel, jadi mereka tahu kerjaan saya,” jelas dia.Hingga kini, Intan belum memiliki rencana untuk kembali pulang dan bekerja di Indonesia. Namun, ia tak menutup kemungkinan jika mendapat tawaran pekerjaan yang lebih baik di Bali ke depannya.
Merantau dari Klungkung ke Slupsk, Cerita Terapis Bali yang Temukan Rumah Kedua di Polandia

Tag:Breaking News