Jakarta – Saat Anda berada dalam suatu kelompok atau komunitas dan terlibat dalam sebuah perbincangan yang seru, Anda pasti akan dihadapkan pada dua kelompok. Kelompok pertama biasanya akan lebih antusias akan saling bertukar informasi, rencana mereka dan terlibat obrolan seru dengan yang lainnya.Sementara kelompok lain, biasanya lebih memilih jadi pendengar saja. Biasanya mereka akan lebih banyak diam dan lebih suka menikmati suasana dalam keheningan. Selain itu, mereka juga sering berbicara saat percakapan berubah menjadi lebih serius.Menghimpun dari VegOut Magazine, Jumat (13/6/2025), budaya populer sering kali melabeli kelompok kedua sebagai pemalu, angkuh, atau bahkan socially awkward. Namun, semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa preferensi untuk berdiam diri daripada mengobrol ringan lebih disebabkan oleh kekuatan psikologis yang berbeda daripada hal tersebut.Sebab, orang-orang yang merasa nyaman di saat-saat tenang justru menunjukkan karakteristik kepribadian yang dapat membuat mereka menjadi teman yang dapat diandalkan, tanggap, serta cerdas secara emosional. Apakah Anda sendiri termasuk orang yang kedua?Berikut ini beberapa tanda kepribadian yang secara konsisten dikaitkan oleh para psikolog dengan mereka yang lebih suka menikmati jeda daripada mengisinya dengan hal-hal remeh.Jika Anda menemukan diri Anda dalam deskripsi ini, anggaplah diam Anda sebagai kekuatan super yang tenang—kekuatan yang menguntungkan Anda dan orang-orang yang cukup beruntung untuk mendapatkan percakapan lebih mendalam dengan Anda.Sudah siap untuk mengetahuinya? Yuk, baca selengkapnya dalam artikel di bawah ini.Dalam model Big Five model of personality, ekstroversi berada dalam suatu spektrum. Orang yang mendapat skor lebih rendah tidak selalu antisosial; mereka hanya merasa obrolan yang sangat merangsang menguras dan memulihkan energi dalam suasana yang lebih tenang.Analisis terbaru tentang “preferensi untuk menyendiri” menunjukkan bahwa hal itu sangat tumpang tindih dengan ekstroversi yang rendah tetapi tidak dengan kepuasan hidup yang lebih rendah, yang bertentangan dengan mitos bahwa diam sama dengan kesepian.Karena mereka menghemat energi sosial, orang introvert sering kali muncul dalam percakapan yang terfokus dengan kehadiran penuh, kualitas yang dengan cepat dipelajari untuk dihargai oleh rekan kerja dan teman. Kemauan mereka untuk membiarkan keheningan bernapas juga memberi orang lain ruang untuk berefleksi.Sebuah studi Universitas Toronto yang melibatkan 1.800 orang lajang menemukan bahwa kaum introvert cenderung tetap melajang tapi tetap melaporkan kepuasan hidup yang kuat, yang menggarisbawahi kemandirian yang lebih luas dari validasi eksternal.Lebih memilih diam daripada basa-basi sesuai dengan pola ini: mereka tidak membutuhkan aliran dukungan sosial yang konstan untuk merasa aman.Kemandirian itu dapat diwujudkan dalam kepemimpinan yang mantap. Ketika keputusan sulit muncul, mereka mempertimbangkan prinsip dan bukti daripada poin popularitas—kualitas yang tak ternilai baik di ruang rapat maupun persahabatan.Peneliti mindfulness mencatat bahwa periode hening yang disengaja mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, menurunkan kortisol, dan menajamkan perhatian.Orang yang merasa nyaman dengan ketenangan sering kali melaporkan kemampuan yang lebih besar untuk duduk dengan pikiran mereka sendiri tanpa menghakimi—salah satu definisi kesadaran penuh.Toleransi mereka terhadap keheningan batin memungkinkan mereka memperhatikan isyarat internal yang halus (rahang yang mengencang, pikiran yang berpacu) sebelum isyarat tersebut meningkat menjadi stres.Pengaturan diri itu meluas secara interpersonal: mereka cenderung tidak bereaksi secara impulsif dalam diskusi yang panas. Justru memilih respons yang terukur.Keheningan bukanlah sesuatu yang kosong bagi individu-individu ini; itu adalah pengumpulan data. Studi tentang mendengarkan secara aktif menunjukkan bahwa berhenti sejenak, mengajukan pertanyaan lanjutan, dan memparafrasekan poin-poin orang lain membangun kepercayaan dan rasa suka.Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan ciri-ciri kecerdasan emosional (EQ), kapasitas untuk mengenali, memahami dan mengelola emosi dalam diri sendiri dan orang lain.Dengan menahan dorongan spontan untuk mengisi kekosongan, individu-individu dengan EQ tinggi membaca nada suara, bahasa tubuh, dan subteks. Penyelarasan ini memungkinkan mereka untuk menanggapi dengan nuansa daripada balasan yang kaku—membuat kata-kata mereka pada akhirnya lebih berdampak.Keheningan memberi kepribadian reflektif “tambahan” mental yang mereka butuhkan untuk merenungkan ide, mensintesis informasi dan menghasilkan wawasan.Penelitian terbaru tentang kesendirian menunjukkan bahwa mereka yang secara aktif memilih waktu tenan daripada tergelincir ke dalam isolasi yang tidak disengaja sehingga mendapat skor lebih tinggi dalam hal keterbukaan terhadap pengalaman dan menunjukkan profil pengaturan emosi yang lebih sehat.Orang-orang seperti itu sering kali lebih menghargai buku, podcast berdurasi panjang, dan jalan-jalan kontemplatif daripada yang lainnya.Mereka mungkin tidak mendominasi sesi ungkap pendapat, tetapi ketika mereka berbicara, kemungkinan besar mereka akan memberikan perspektif yang terbentuk dengan baik yang membingkai ulang seluruh masalah.Itu tadi kepribadian orang-orang yang cenderung pendiam dalam kelompok. Jadi lain kali seseorang mengejek Anda karena “terlalu pendiam,” tersenyumlah dan ingatlah: keheningan yang mereka dengar hanyalah suara pikiran Anda yang sedang melakukan hal terbaiknya.Sebagai contoh, mendengarkan, berpikir, dan bersiap untuk menawarkan sesuatu yang berarti ketika saatnya tiba.
Menurut Psikologi, 5 Tanda Kepribadian Orang yang Lebih Memilih Diam Daripada Basa-basi

Tag:Breaking News