Home / Ekonomi / Menteri Bahlil: Jumlah Pengusaha Indonesia Masih Jauh dari Negara Maju

Menteri Bahlil: Jumlah Pengusaha Indonesia Masih Jauh dari Negara Maju

Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan pentingnya peningkatan jumlah wirausahawan nasional dan memperkuat peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia.Menurut Bahlil, kewirausahaan memiliki tiga makna substantif. Pertama, ia menekankan bahwa kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh jumlah pengusahanya.”Kewirausahaan ini ada 3 makna subtantif. Makna yang pertama adalah bahwa tidak akan mungkin negara kita ini maju kalau jumlah pengusahanya itu masih sedikit,” kata Bahlil dalam acara Hari Kewirausahaan Nasional, ditulis Rabu (11/6/2025).Saat ini, jumlah pengusaha di Indonesia masih berada pada angka sekitar 3,1 hingga 3,2 persen dari total populasi, jauh dari standar negara maju yang idealnya berada pada angka dua digit.”Jumlah pengusaha kita hanya 3,1 atau 3,2 persen dari total populasi penduduk nasional. Idealnya jumlah pengusaha nasional itu untuk menjadi negara maju harus double digit,” ujarnya.Ia pun membandingkan dengan negara tetangga seperti, Singapura yang jumlah pengusahanya mencapai 11 hingga 12 persen dari total populasi, Amerika Serikat juga demikian. Bahkan Malaysia berada di angka 6 persen dan Thailand 6,5 persen. Mantan Ketua Umum BPP HIPMI ini menyebut bahwa Indonesia memerlukan lebih banyak pengusaha yang patriotik dan nasionalis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.”Memang kita membutuhkan pengusaha-pengusaha yang patriot yang nasionalis,” ujarnya.Lebih lanjut, Bahlil menegaskan pentingnya pengusaha nasional yang tidak mudah menyerahkan kendali ekonomi kepada pihak asing. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar para pelaku usaha mengedepankan kepentingan nasional di atas segalanya.”Ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Presiden Prabowo agar menjadi pengusaha yang betul-betul pengusaha nasionalis dan jangan kita menggadakan negara kepada negara lain atau pengusaha lain. Ini sebenarnya rohnya,” ujarnya. Makna ketiga yang disoroti Bahlil adalah peran vital UMKM dalam sejarah perekonomian Indonesia. Ia mengingatkan kembali bagaimana UMKM menjadi pilar utama yang menyelamatkan ekonomi nasional saat krisis moneter 1998.”Dalam fase sejarah ketika krisis ekonomi tahun 1998, inflasi kita 88 persen, cadangan devisa kita tinggal 17 miliar USD, defisit ekonomi kita double digit. Yang menjadi benteng pertahanan ekonomi nasional kita itu UMKM,” jelasnya.Saat ini, UMKM menyumbang 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyediakan lebih dari 120 juta lapangan kerja dari total 130 juta yang ada. Dari total unit usaha di Indonesia, 99,3 persen merupakan UMKM.”Selama UMKM ini kuat, maka yakinlah bahwa insyaallah Indonesia ini akan jauh dari tempaan krisis, andaikan pun itu ada, insyaallah makroekonomi kita kuat. Itu kira-kira menyangkut UMKM,” pungkasnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *