Home / Selebritis / Melly Goeslaw Nangis Baca Puisi untuk Palestina, Walau Kematian Jadi Sahabat Namun Surga Menanti

Melly Goeslaw Nangis Baca Puisi untuk Palestina, Walau Kematian Jadi Sahabat Namun Surga Menanti

Jakarta Artis sekaligus politisi Partai Gerindra, Melly Goeslaw menghadiri undangan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR RI, Mardani Ali Sera, dalam Aksi Simpatik Selamatkan Kemanusiaan di Gaza, di Jakarta, baru-baru ini.Tak sekadar hadir, penulis lagu “Tegar” dan “Sampai Menutup Mata” membaca puisi berjudul “Kehilangan” untuk Palestina. Puisi ini dibuat Melly Goeslaw secara dadakan, dalam perjalanan naik mobil menuju ke lokasi acara.“Waktu didaulat untuk mengisi acara yang luar biasa ini, Pak Mardani bilang: Teh, Mau baca puisi. (Saya bilang) mau, puisinya ada? Belum ada ternyata kata panitia. Jadi saya bikin waktu on the way ke sini di mobil. Semoga cukup baik,” katanya.Menghadiri Aksi Simpatik Selamatkan Kemanusiaan di Gaza, Melly Goeslaw berbusana serbahitam. Video momen baca puisi “Kehilangan” diunggah vokalis Potret di akun Instagram terverifikasi, Sabtu (24/5/2025).“Saya tidak pandai membuat puisi, maafkan,” tulis Melly Goeslaw bersama unggahan ini. Sebelum baca puisi, ia mengingatkan kemanusiaan tak pandang partai politik. Cukup jadi manusia dalam menyuarakan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Kehilangan.Kehilangan adalah sebuah kata yang sering kita dengarKata yang tak ingin mampir dan bertamu di hidup kitaKata yang tidak diinginkan oleh setiap insan penikmat kedamaianTapi, apa jadinya jika kata itu kemudian menjadi sahabatmuMenjadi bantal di setiap tidurMenjadi selimut di setiap dinginmuMenjadi kegelapan di setiap siangmuMenjadi kemencekaman di setiap malammu Palestina.Seolah suara tawa anak-anak di sana cuma basa-basiHanya seperti bunyi weker yang menghitung mundurKrik, krik, krik dan kemudian duarBerubah menjadi dentuman yang sangat keras Aku menatap mata ibu di tanah IndonesiaSeorang ibu yang menatap nanarDuduk beralas koran dengan headline:Koruptor dihukum ringan, pencuri bawang digebuki hingga babak belurTak sebutir gabah pun masuk dalam perut ibu iniSejak tiga hari yang lalu dia tidak makanNamun kelaparan dan kemiskinan sudah menjadi biasa saja baginyaSayup-sayup terdengar suara pengamen memainkan lagu “Bento”Disusul dengan lagu yang lainnyaMulut sang ibu bergerak mengikuti lagu-laguDan anak-anak kecil dengan kaki telanjangBerputar-putar, menari sambil memainkan mainan bekas si anak tuan Tak ada serangan di siniTak ada maut yang mengintaiDi tanah ini, yang miskin dan yang kaya,Semua bisa menyaksikan bintang bersinar di langit malamTidak demikian dengan PalestinaTak ada suara lain selain dentuman-dentuman,Yang mengantarkan berita kematian suami, istri, dan anak-anak Darah dan dagingku malu melekat di dirikuAndainya aku kehilangan ibaDan tak mau berdiri untuk PalestinaApa, apa alasannya?Apa coba alasannya kamu tidak mau berdiri untuk Palestina? Apa kata matamu saat menyaksikan anak kecil campang-camping? Hei Indonesia,Di sini yang compang-camping itu pakaian, kain.Kain dan pakaian.Tapi di sana, yang compang-camping itu anak kecilKulit. Kulit yang terpisah dengan raga Ya Allah,Kami semua ingin sekali berdoa dan jika Engkau mengizikanBisakah kami bertukar tempat dengan mereka yang di sana?Walau kematian jadi sahabatNamun surga menanti  

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *