JAKARTA, Mayapada Healthcare Group memulai pembangunan Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan yang digadang-gadang akan menjadi rumah sakit (RS) swasta terbesar dalam satu lokasi di Indonesia.
“Hari ini merupakan suatu acara yang bahagia bisa melakukan peletakan batu pertama atau ground breaking daripada Mayapada Hospital Jakarta Selatan Tower 3,” ujar Komisaris Utama PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, Jonathan Tahir, dalam sambutannya pada acara peletakan batu pertama di Jakarta Selatan, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: Pramono Perintahkan Penamaan Rumah Sakit di Jakarta Pakai Tokoh Betawi
Jonathan menjelaskan, pembangunan Tower 3 ini ditargetkan rampung pada pertengahan 2027 dan akan menjadi RS swasta terbesar yang berlokasi dalam satu kawasan di Indonesia.
“Sebetulnya 15 tahun lalu ada sebuah mimpi bahwa kami ingin membangun RS yang terbaik dan terbesar di Indonesia, dan sebentar lagi mungkin mimpi itu bisa akan terjadi,” lanjutnya.
Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan nantinya akan dilengkapi dengan teknologi terkini, termasuk dukungan robotik dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Mayapada Hospital juga menggandeng Apollo Hospitals dari India untuk menghadirkan perawatan medis berstandar global yang didukung sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Kami dari dulu ingin membangun RS yang bisa bersaing dengan RS internasional. Bisa menjadi RS andalan bagi Indonesia dan bisa menjadi selling point bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lainnya,” ungkap Jonathan.
Baca juga: Panduan Menangani Berbagai Cedera Pasca-Maraton dari Dokter Mayapada Hospital
Ia berharap kehadiran rumah sakit ini dapat menekan jumlah devisa negara yang keluar akibat banyaknya warga Indonesia yang berobat ke luar negeri, misalnya ke Malaysia dan Singapura.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, mengungkapkan, hampir satu juta warga Indonesia bepergian ke luar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan setiap tahunnya.
Bahkan, menurut dia, kebocoran devisa negara akibat fenomena tersebut mencapai hampir Rp 200 triliun per tahun.
“Kebocoran devisa kita mendekati Rp 200 triliun setiap tahunnya, cukup besar,” ujar Pratikno.
Ia juga menyampaikan data dari Singapore Tourism Board yang mencatat bahwa sekitar 47,2 persen pasien asing yang berobat ke Singapura merupakan warga negara Indonesia.
“Jadi kami tangani RS tipe C di Indonesia tetapi kami juga butuh RS advanced seperti Mayapada untuk mengurangi kebocoran devisa dan sekaligus untuk pengembangan teknologi,” ungkapnya.