Home / REGIONAL / Marak Praktik Sapi Glonggongan, Pakar Unair Ungkap Bahaya dan Ciri-cirinya

Marak Praktik Sapi Glonggongan, Pakar Unair Ungkap Bahaya dan Ciri-cirinya

SURABAYA, Praktik curang sapi glonggongan kerap terjadi, termasuk saat Idul Adha. Lalu, apa itu glonggongan? 

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof Sri Hidanah menjelaskan, sapi glonggongan adalah sapi yang perutnya diisi air melalui selang sedalam 1,5 meter, sekitar satu hingga dua jam sebelum penyembelihan.

“Tujuannya semata-mata untuk menambah berat sapi sekitar 10 hingga 15 kilogram,” ungkap Sri dalam rilis yang diterima , Kamis (5/6/2025).

Praktik glonggongan, sambung Sri, tidak hanya merugikan kesehatan hewan, tapi juga melanggar etika dalam memperlakukan hewan.

Baca juga: Bantuan 15 Sapi Kurban untuk Umat Muslim di NTT

Sebenarnya, sapi glonggongan dapat dikenali dari ciri fisiknya. Mulai dari tampak lemas, sulit berdiri, serta perutnya yang membesar sehingga proporsi badannya menjadi tidak seimbang.

“Daging sapi glonggongan berwarna pucat kebiruan, lembek, dan seratnya rapuh. Daging ini juga tampak basah berair dan bisa meneteskan cairan meski tampak segar,” tutur dia.

Konsumsi daging dari sapi glonggongan juga berisiko tinggi terhadap kesehatan manusia.

Baca juga: Wapres Gibran Shalat Idul Adha di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dan Berkurban Sapi 1 Ton

Air yang digunakan dalam proses ini sering kali tidak steril dan berpotensi membawa bakteri berbahaya seperti Salmonella, Clostridium, dan E coli, yang dapat menyebabkan keracunan hingga diare.

“Secara gizi pun, terjadi penurunan kandungan protein dari 21,08 persen menjadi 15,98 persen, serta susut masak meningkat dari 37,25 persen menjadi 47 persen,” ujarnya.

Untuk menghindari risiko tersebut, Sri memberikan beberapa tips dalam memilih hewan kurban yang sehat.

Pertama, pilih hewan yang aktif, berdiri tegak, dan tidak lemas.

Kedua, pastikan bentuk tubuh dan perut hewan tampak proporsional.

Ketiga, belilah hewan dari tempat penjualan resmi atau penjual tepercaya.

“Ciri hewan kurban yang sehat bisa dilihat dari bulunya yang bersih, mata cerah, tubuh gemuk, serta nafsu makan yang baik,” tuturnya.

Sri juga menekankan pentingnya memastikan hewan tidak memiliki cacat fisik seperti pincang atau buta.

Ia menyarankan untuk memilih hewan jantan karena betina diperlukan untuk reproduksi.

Usia hewan juga menjadi syarat penting, di mana sapi minimal harus berusia dua tahun dan kambing atau domba minimal satu tahun, yang ditandai dengan pergantian gigi susu ke gigi tetap atau poel.

“Memilih hewan kurban dengan benar adalah bentuk tanggung jawab terhadap kesejahteraan hewan dan pelaksanaan ibadah yang sesuai syariat,” tutupnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *