Home / Musik / Makna Lagu Every Breath You Take dari The Police, Sering Disangka Tembang Romantis Padahal Bernuansa Gelap

Makna Lagu Every Breath You Take dari The Police, Sering Disangka Tembang Romantis Padahal Bernuansa Gelap

Jakarta Lagu “Every Breath You Take” milik band rock asal Inggris, The Police, yang dirilis pada tahun 1983, menjadi salah satu karya paling ikonik dalam sejarah musik populer. Lagu ini ditulis oleh Sting yang kemudian dimasukkan ke dalam album Synchronicity. Setelah dirilis, lagu ini mencetak kesuksesan besar secara global.Di Amerika Serikat dan Kanada, “Every Breath You Take” menjadi hit terbesar sepanjang tahun 1983, menempati puncak tangga lagu Billboard Hot 100 selama delapan pekan serta menempati posisi satu di tangga lagu RPM Kanada selama empat minggu.“Every Breath You Take” juga menjadi single kelima The Police di Inggris yang menempati posisi satu, bertahan di puncak selama empat minggu. Seolah membuktikan kesuksesan lagu ini bukan hanya terbatas pada masa rilisnya. Lagu ini juga paling sering diputar dalam sejarah radio oleh lembaga BMI (Broadcast Music Inc.) pada Mei 2019. Di tahun 2010, lagu ini disebut-sebut sebagai penyumbang seperempat hingga sepertiga pendapatan hak cipta musik vokalisnya, Sting.Meski sering disalahartikan sebagai lagu cinta romantis, Sting sendiri sempat menjelaskan bahwa makna lagu “Every Breath You Take” sebetulnya sarat dengan nuansa yang gelap dan memiliki unsur posesif yang sangat kental.Makna dalam liriknya menggambarkan sosok yang terobsesi hingga mengawasi pasangannya secara terus-menerus, dari “setiap napas yang kau ambil” hingga “setiap janji yang kau langgar.”Sting mengakui bahwa inspirasi lagu ini datang dari gagasan tentang pengawasan dan kendali. Ia mulai menulis lagu tersebut saat bersembunyi dari sorotan media di Jamaika, tepatnya di meja tulis milik Ian Fleming di Goldeneye Estate.Sting menyelesaikan lirik dalam waktu kurang dari satu jam. “Aku pikir itu terdengar seperti lagu cinta yang nyaman. Tapi ternyata, ini sangat menyeramkan dan gelap,” ujar Sting dalam satu pernyataan, mengutip berbagai sumber.Ketika diwawancarai oleh BBC Radio 2, Sting mengatakan, “Saya rasa lagu ini sangat menyeramkan dan jelek. Orang-orang sering keliru memaknainya sebagai lagu cinta yang lembut, padahal justru sebaliknya.”Pandangan ini bahkan dikaji oleh sosiolog Gary T. Marx yang mengaitkan lirik lagu dengan tema pengawasan modern—dari breath analyzer hingga ankle monitor.Lagu ini juga terinspirasi dari pengalaman pribadi Sting saat menghadapi perceraian dengan istri pertamanya, ketika perasaan kehilangan dan kerinduan berubah menjadi obsesi dan sisi posesif yang gelap. Lagu ini pertama kali direkam dalam bentuk demo hanya dengan suara vokal Sting diiringi permainan organ Hammond. Saat kembali di studio milik George Martin di Montserrat, The Police mencoba berbagai versi aransemen, termasuk versi reggae yang akhirnya tidak dipakai.Ketika gitaris Andy Summers diminta untuk menambahkan bagian gitarnya, ia mengambil inspirasi dari eksperimennya bersama Robert Fripp dan teknik memainkan duet biola ala Bela Bartok. Hasilnya adalah lick gitar khas yang kini identik dengan lagu tersebut, dan direkam dalam sekali ambil.Namun di balik keindahan musiknya, sesi rekaman Synchronicity justru diwarnai konflik internal, terutama antara Sting dan drummer Stewart Copeland. Produser Hugh Padgham mengaku dalam salah satu pernyataan, “Mereka saling membenci. Pertengkaran verbal hingga fisik kerap terjadi di studio.”Ketegangan sempat membuat rekaman nyaris dibatalkan, hingga akhirnya manajer Miles Copeland (yang juga kakak Stewart) menengahi dan menyatukan mereka kembali.Melansir berbagai sumber, suara drum dalam lagu ini dibuat dari kombinasi overdub berbagai alat perkusi. Kick drum diambil dari mesin Oberheim DMX, sementara snare dan gong drum Tama dimainkan bersamaan untuk menciptakan backbeat.Untuk mendapatkan nuansa unik, Copeland bahkan diminta merekam drumnya di ruang makan studio, meski suhunya sangat panas hingga stik drum harus direkatkan ke tangannya.Bagian bridge lagu juga menjadi tantangan tersendiri. Awalnya, Sting hanya membunyikan nada-nada tunggal di piano. Hingga setelah perdebatan panjang, diputuskan bahwa satu nada piano berulang akan menjadi pengiring bagian tersebut. Rupanya keputusan ini, belakangan terbukti sangat efektif dalam memperkuat suasana lagu. “Every Breath You Take” memenangkan dua Grammy Awards pada ajang Grammy ke-26: Song of the Year dan Best Pop Performance by a Duo or Group with Vocals. Lagu ini juga dinobatkan sebagai “Song of the Year” oleh kritikus dan pembaca Rolling Stone tahun 1983.Dalam daftar 500 Greatest Songs of All Time versi Rolling Stone, lagu ini menempati peringkat ke-305 dan termasuk dalam daftar “500 Songs that Shaped Rock and Roll” dari Rock and Roll Hall of Fame, serta menempati posisi ke-25 dalam daftar Billboard Hot 100 All-Time Top Songs.Pada 2008, majalah Q menempatkan lagu ini di jajaran 10 besar lagu terbaik dari Inggris di era 1980-an. Dan pada tahun 2015, publik Inggris memilihnya sebagai “Lagu Nomor Satu Terfavorit dari Era 1980-an” dalam polling nasional oleh ITV. “Every Breath You Take” adalah contoh bagaimana lagu dengan melodi yang terdengar manis bisa menyimpan pesan gelap di baliknya.Kekuatan lagu ini terletak pada ambiguitas emosinya, dapat disalahartikan sebagai balada cinta, padahal menyuarakan sisi posesif yang intens, bahkan menyeramkan.Hingga kini, lagu ini tetap menjadi simbol dualitas dalam musik pop: antara yang terdengar, dan yang sesungguhnya. Bagi Sting dan The Police, lagu ini adalah mahakarya yang lahir dari ketegangan, eksperimen, dan kreativitas tinggi yang tetap hidup setiap kali terdengar di radio.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *