JAKARTA, Meletusnya konflik militer antara Israel dan Iran menambah beban kekhawatiran pasar keuangan global, tak terkecuali pasar aset kripto seperti Bitcoin. Ketegangan geopolitik ini muncul di tengah ketidakpastian yang sudah lebih dulu dipicu oleh rencana mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif impor pada awal bulan depan.
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan bahwa dampak konflik ini terhadap pasar kripto lebih disebabkan oleh rendahnya tingkat antisipasi pelaku pasar terhadap potensi pecahnya ketegangan tersebut. Berdasarkan data dari platform prediction market Polymarket, konsensus sebelumnya hanya memperkirakan kemungkinan terjadinya konflik ini sebesar 20 persen.
“Meletusnya konflik ini cukup mengejutkan pasar, namun dengan harga Bitcoin dan beberapa aset kripto yang mulai terlihat stabil saat ini, terbuka kemungkinan bahwa dampak dari konflik ini dapat diisolasi, seperti yang terjadi pada konflik India-Pakistan misalnya,” ujar Fahmi kepada , Jumat (13/6/2025).
Baca juga: Ancaman Tarif Baru Trump Bikin Pasar Kripto dan Saham AS Waspada
Meski begitu, harga Bitcoin dalam beberapa hari terakhir terpantau bergerak stabil di kisaran 68.000 dollar AS atau setara Rp 1,1 miliar (kurs Rp 16.500 per dollar AS). Stabilitas ini dinilai menjadi sinyal bahwa pelaku pasar kripto masih menahan diri untuk melakukan aksi jual besar-besaran, setidaknya hingga ada kejelasan arah konflik.
Baca juga: Harga Bitcoin Sentuh 110.000 Dollar AS, Transaksi Kripto Domestik Naik
Fahmi menambahkan, konflik bersenjata di Timur Tengah memang kerap menjadi pemicu kepanikan di pasar komoditas dan energi, namun tidak selalu berdampak signifikan terhadap pasar kripto jika tensinya dapat diisolasi secara regional.
“Pasar kripto sangat sensitif terhadap eskalasi global, tetapi jika konflik ini tidak meluas ke negara-negara besar lainnya, Bitcoin dan aset digital lainnya masih bisa bertahan di jalur stabilnya,” tutur Fahmi.
Sebelumnya, Polymarket dalam keterangannya menyebut bahwa platform prediction market bisa membantu publik membaca potensi terjadinya peristiwa besar secara lebih akurat ketimbang informasi di media sosial atau siaran berita konvensional.
“Janji prediction market adalah menghimpun kebijaksanaan massa untuk menciptakan prediksi yang akurat dan tidak bias terhadap peristiwa-peristiwa penting bagi masyarakat. Kemampuan ini sangat berharga, terutama di saat-saat genting seperti sekarang,” tulis Polymarket.
Baca juga: Indonesia Peringkat 3 Adopsi Kripto Dunia, Ungguli AS