KOMPA.com – Seiring kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI), dampaknya terhadap tenaga kerja semakin nyata.
Meski perubahan teknologi selalu membentuk lanskap pekerjaan, kecepatan dan cakupan kemampuan AI kini menghadirkan tantangan luar biasa bagi para pekerja kelas menengah.
Berdasarkan analisis dari organisasi seperti McKinsey dan Forum Ekonomi Dunia (WEF), sejumlah profesi menghadapi gangguan besar karena bersifat berulang, berbasis aturan, atau sangat bergantung pada data.
Pekerjaan yang dulu dianggap jalur stabil menuju keamanan kelas menengah kini rentan terhadap otomatisasi skala besar.
Baca juga: Jensen Huang: Bukan AI yang Ambil Pekerjaan Anda, tapi Penggunanya
Berdasarkan tren saat ini dan proyeksi para ahli, terdapat lima pekerjaan kelas menengah yang diperkirakan akan mengalami transformasi drastis atau bahkan hampir sepenuhnya tergantikan oleh AI pada tahun 2030.
Berikut 5 profesi kelas menengah yang akan “dihapuskan” AI seperti dikutip dari New Trader U:
Posisi entri data selama ini memberikan lapangan kerja andal bagi mereka yang memiliki keterampilan komputer dasar. Tugas seperti memasukkan, memperbarui, dan mengatur informasi di berbagai sistem yang sangat berulang dan berbasis aturan, membuatnya mudah diotomatisasi.
Sistem AI yang menggunakan pengenalan karakter optik (OCR) dan pemrosesan bahasa alami (NLP) kini dapat melakukan tugas-tugas tersebut dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan manusia.
Menurut McKinsey, hingga 38 persen tugas entri data bisa diotomatisasi pada tahun 2030, dengan beberapa sektor mengalami penggantian hampir total. Pergeseran ini sudah mulai terlihat lewat penggunaan pemindai dokumen otomatis dan sistem manajemen database cerdas.
Sisa pekerjaan di bidang ini kemungkinan akan bergeser menjadi posisi pengawasan sistem—yakni manusia yang memverifikasi hasil kerja AI atau menangani pengecualian yang tidak dapat diproses sistem.
Namun, jumlah pekerjaan ini jauh lebih sedikit dibandingkan tenaga kerja entri data saat ini. Mereka yang berada di bidang ini perlu mulai mengembangkan keterampilan mengelola sistem AI atau beralih ke analisis data yang lebih kompleks.
Posisi akuntansi level pemula dan yang bersifat rutin menghadapi disrupsi besar karena platform berbasis AI semakin mampu mengotomatisasi tugas-tugas keuangan inti seperti pembukuan, perhitungan pajak, kategorisasi transaksi, dan pelaporan keuangan standar.
Penelitian memperkirakan sekitar 20 persen pekerjaan akuntansi terutama di level awal, bisa diotomatisasi pada tahun 2030. Persiapan pajak dasar diproyeksikan akan sepenuhnya diambil alih oleh perangkat lunak AI yang dapat menafsirkan kode dan regulasi pajak yang kompleks dengan pengawasan manusia yang minim.
Alat seperti QuickBooks dan TurboTax sudah merevolusi dunia akuntansi, dan versi AI-nya terus berkembang. Meski peran penasihat tingkat tinggi yang memerlukan penilaian profesional masih akan bertahan, tugas kepatuhan rutin dan pemrosesan data semakin ditangani oleh AI generatif dan otomatisasi proses robotik (RPA).
Akuntan profesional disarankan mengembangkan keahlian dalam strategi keuangan, layanan konsultasi khusus, atau manajemen hubungan klien, area yang tetap membutuhkan kecerdasan manusia meskipun teknologi terus maju.
Baca juga: Kelas Menengah di Titik Kritis