JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti di depan Gedung Balai Kota Jakarta, Rabu (21/5/2025), berujung ricuh.
Kericuhan diduga dipicu penutupan paksa gerbang utama oleh petugas keamanan Balai Kota saat massa hendak masuk untuk bertemu dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jakarta.
“Menurut keterangan Bung Fais, Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, (kericuhan terjadi) karena pintu Balai Kota terbuka, ia masuk ke dalam dengan kendaraan bermotor berdua,” ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, Kamis (22/5/2025).
Baca juga: Satpam Balai Kota Jadi Korban Demo Ricuh Mahasiswa
Melihat kejadian itu, lanjut Usman, petugas keamanan diduga panik dan berupaya menutup pagar secara tiba-tiba, yang memicu kepanikan di antara peserta aksi.
“Dan terjadi ketegangan, terjadi tarik-menarik, dorong-mendorong, dan ada yang melakukan pemukulan. Jadi, saya kira itu kesalahpahaman,” jelasnya.
Usman Hamid menyayangkan insiden tersebut. Menurutnya, aksi awalnya berjalan tertib dan bertujuan untuk menyampaikan aspirasi terkait peristiwa Tragedi 1998.
Namun, pada hari pelaksanaan, terjadi insiden yang memicu ketegangan.
“Memang sudah lama sebagian dari sivitas akademika Trisakti berharap ada semacam pengakuan negara, pengakuan Indonesia, atas gugurnya para mahasiswa di tahun 1998,” ucap Usman.
Baca juga: Kronologi Demo Ricuh di Balai Kota, Massa Dobrak Pintu Memaksa Masuk
Kericuhan yang terjadi membuat aparat kepolisian mengamankan sedikitnya 93 orang peserta aksi.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menyatakan bahwa tujuh anggota kepolisian juga mengalami luka akibat bentrokan tersebut.
“Tidak ada toleransi bagi kalian yang telah melukai anggota saya. Ada saksinya, ada faktanya,” tegas Susatyo di lokasi.
Setelah situasi kondusif, massa aksi dievakuasi menggunakan bus Transjakarta menuju Polda Metro Jaya untuk pendataan lebih lanjut.