Home / Peristiwa / Keluar dari Tim Penulisan Ulang Sejarah, Arkeolog Ini Beberkan Sejumlah Kejanggalan yang Dirasakannya

Keluar dari Tim Penulisan Ulang Sejarah, Arkeolog Ini Beberkan Sejumlah Kejanggalan yang Dirasakannya

  Jakarta Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Profesor Harry Truman Simanjuntak, menyatakan dirinya keluar dari Tim Penulisan Ulang Sejarah Indonesia yang dipimpin Kementerian Kebudayaan.Keputusan itu diambil karena ia menemukan lima kejanggalan dalam proses penulisan ulang yang akan dituangkan dalam Buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Padahal, awalnya ia antusias ikut terlibat, mengingat bidang keprasejarahan memang memerlukan pembaruan data untuk memunculkan pandangan baru.”Tapi diskusi dan diskusi berlanjut-berlanjut begitu saya melihat banyak kejanggalan. Setidaknya saya mencatat ada lima kejanggalan,” kata Truman dalam diskusi daring, seperti dikutip Kamis (19/6/2025).Dia menyebut, kejanggalan pertama, penulisan ulang sejarah itu ditargetkan selesai Juni 2025, padahal rapat persiapan baru dimulai akhir November, dan rapat konsepsi baru digelar Januari 2025. Truman yang berpengalaman menulis buku bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk satu buku. “Sepuluh tahun paling tidak prosesnya hingga menghasilkan sebuah buku. Saya waktu itu menyatakan, kok bisa secepat itu saya bilang, apakah mungkin? Tapi yang lain meyakinkan betul, oke karena ini bukan data baru, bukan mulai dari nol dan sebagainya. Oke, saya ikuti itu,” ungkapnya.  Kejanggalan kedua terkait dengan penyusunan konsepsi yang dibuat oleh editor umum atas arahan penguasa. Ia menilai, hal ini rentan membuat sejarah ditulis sesuai kehendak penguasa, bukan berdasarkan fakta.”Janganlah menyusun konsepsi itu di bawah arahan penguasa. Ketika kita mau menyusun sebuah buku, apalagi ini buku kebangsaan, apalagi ini buku berseri, mestinya didahului oleh semacam seminar-seminar,” ucap Truman.”Kita undang semua ahli terkait dengan itu untuk apa? Untuk memperoleh masukan-masukan yang berharga untuk memantapkan konsepsi itu,” sambung dia.Namun, menurutnya, tak pernah ada seminar, hanya 2-3 kali rapat dan perekrutan beberapa pakar.Selain itu, kejanggalan lainnya adalah outline 10 jilid buku sudah disodorkan begitu saja, padahal seharusnya disusun oleh para ahli sejarah.”Jadi tiba-tiba ketika mau membahas outline 10 jilid itu, ya kita sudah disodorkan outline itu. Itu sebuah keanehan. Mestinya yang menyusun outline itu orang-orang yang ahli di bidang itu. Bukan ahli lain. Itu sebabnya ketika kita membaca outline buku yang sekarang sedang dikerjakan para penulisnya, ini sebuah kemunduran,” ungkap Truman. Ia juga menemukan kekeliruan dalam substansi maupun alur pemaparan isi buku, termasuk perubahan istilah “prasejarah” menjadi “sejarah awal”, yang menurutnya tidak tepat.Padahal, istilah “prasejarah” sudah digunakan secara internasional selama lebih dari 200 tahun. Di Indonesia pun istilah itu dipakai sejak lama, termasuk pada Buku Sejarah Nasional Indonesia tahun 1984 dan saat dia ikut mengedit buku serupa pada 2012.Kemudian ketika dia dimintai bantuan untuk ikut mengeditor buku sejarah pada tahun 2012, tim juga menggunakan istilah zaman prasejarah atau periode prasejarah.”Sekarang di 2025, mereka menggantikan menjadi sejarah awal Nusantara. Pertanyaan besarnya, apa yang terjadi sebetulnya dalam proses penyusunan ini hingga merubah terminologi itu, itu pertanyaan besarnya. Waktu itu tidak ada jawaban yang jelas,” imbuh Truman.   Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *