ASTANA, KOMPAS.com — Forum Internasional Astana (AIF) 2025 resmi dimulai pada Kamis (29/5/2025), menandai pembukaan dua hari penuh diskusi lintas negara tentang masa depan dunia.
Dengan mengangkat tema “Menghubungkan Pikiran, Membentuk Masa Depan,” pertemuan ini menjadi wadah penting bagi para pemimpin global untuk merespons beragam krisis dan peluang yang tengah melanda komunitas internasional.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, selaku tuan rumah, dalam pidato pembukaannya mengajak dunia untuk membangun kembali semangat multilateralisme yang kian luntur di tengah dinamika global yang tak menentu.
Baca juga: Peluang Indonesia dalam Agenda Transformatif Presiden Kazakhstan
“Tatanan global pascaperang kini mengalami perpecahan. Proteksionisme meningkat. Multilateralisme melemah. Dalam kekacauan yang sedang muncul ini, tugas kita jelas: mempertahankan kerja sama di mana masih ada, dan memulihkannya di mana telah runtuh,” ujarnya.
“Itulah yang kami perjuangkan di Kazakhstan: ‘Persatuan dalam keberagaman’,” tambah Tokayev.
Acara yang berlangsung di jantung Asia Tengah ini dihadiri oleh sejumlah tokoh dunia, termasuk Presiden Rwanda Paul Kagame, Presiden Makedonia Utara Gordana Siljanovska Davkova, Sekjen Dewan Eropa Alain Berset, Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu, dan Ban Ki-moon yang kini memimpin Global Green Growth Institute sekaligus mantan Sekjen PBB.
Presiden Kagame memberikan apresiasi terhadap kemajuan yang dicapai Kazakhstan, sembari memuji kepemimpinan negara tersebut.
“Kemakmuran Kazakhstan mencerminkan kepemimpinannya, ketangguhan, dan rakyatnya,” kata Kagame.
Sementara itu, Presiden Siljanovska Davkova menekankan perlunya kecepatan dalam mengambil keputusan menghadapi tantangan global.
“Kita harus menggunakan kebijaksanaan dan pengalaman kolektif untuk berpikir cepat, bahkan lebih cepat, demi menghadapi tantangan mendesak zaman ini,” ungkapnya.
Dalam sesi berbeda, Ban Ki-moon memuji Kazakhstan atas upaya diplomatiknya yang mengedepankan pendekatan kolaboratif dan bertanggung jawab.
“Tema tahun ini mencerminkan kepemimpinan yang kita butuhkan saat ini – yang kolaboratif, visioner, dan berlandaskan pada tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Baca juga: Presiden Tokayev Jelaskan Arah Ekonomi Baru Kazakhstan
Dari sisi ketahanan pangan, Qu Dongyu menyoroti potensi besar Asia Tengah, khususnya Kazakhstan, yang dinilainya mampu berkontribusi signifikan dalam penyediaan pangan global.
Forum tahun ini juga diramaikan dengan sesi-sesi kerja sama bersama PBB sebagai mitra strategis, termasuk diskusi memperingati 80 tahun berdirinya PBB serta pembahasan topik-topik seperti Pact for the Future, migrasi, dan keamanan air.
Salah satu momen istimewa terjadi saat Max Foster dari CNN berbincang dengan Amy E Pope, Direktur Jenderal Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), mengenai kontribusi migrasi terhadap pembangunan berkelanjutan.
Menutup hari pertama, AIF 2025 menegaskan kembali perannya sebagai ruang pertemuan strategis bagi kekuatan menengah dunia.
Dengan menempatkan kerja sama lintas batas sebagai inti dari setiap diskusi, forum ini diharapkan dapat memicu lahirnya solusi konkret atas berbagai persoalan global.
Kegiatan akan berlanjut ke hari kedua dengan berbagai agenda penting yang bertujuan mempererat dialog internasional, memperkuat tatanan global yang inklusif, dan membentuk masa depan yang saling terhubung.
Baca juga: Peran Penting Kazakhstan dalam Diplomasi Global dan Penjaga Perdamaian