SUMENEP, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep segera membentuk tim khusus untuk mendampingi para santri yang menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum berinisial S.
S merupakan seorang pengasuh pondok pesantren (ponpes) di Desa Angkatan, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim, menyatakan bahwa Pemkab akan menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memberikan pendampingan kepada para korban.
“Agar para santri tidak mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan akibat kejadian itu,” kata Imam di Sumenep, Rabu (11/6/2025).
Baca juga: Pengasuh Ponpes Perkosa Belasan Santri di Sumenep Ditangkap di Luar Kota, Sebagian Korban Mengaku Aborsi
Imam menambahkan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk memastikan pendampingan psikologis dan hukum bagi para korban segera terealisasi.
“Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mendampingi dan membantu para korban agar tidak mengalami tekanan mental yang berat yang dapat menyebabkan depresi,” tambahnya.
Orang nomor dua di Kabupaten Sumenep itu juga menyampaikan rasa keprihatinannya atas peristiwa yang menimpa para santri.
“Atas nama pemerintah daerah, saya sangat prihatin,” ujarnya.
Baca juga: Oknum Pengasuh Ponpes yang Cabuli Santri di Pulau Kangean Sumenep Dikenal Tertutup
Politisi PKB itu mengaku tidak menyangka bahwa pelaku tega melakukan perbuatan bejat terhadap para santri yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan perlindungan.
Menurutnya, tindakan pelaku telah mencoreng dunia pendidikan dan nama baik pondok pesantren di Sumenep.
“Langkah polisi, dengan mengamankan pelaku, penting untuk meredam kemarahan masyarakat dan mencegah terjadinya aksi main hakim sendiri,” tuturnya.
Baca juga: Oknum Pengasuh Ponpes di Pulau Kangean Sumenep Diduga Cabuli Belasan Santrinya
Sebelumnya, seorang pengasuh pondok pesantren di wilayah Kepulauan Kabupaten Sumenep diduga mencabuli belasan santrinya.
Pelaku berinisial S, merupakan pengasuh salah satu ponpes di Pulau Kangean.
Pengacara yang mendampingi para korban, Salamet Riadi, mengungkapkan bahwa kasus ini terungkap setelah sejumlah alumni ponpes membahasnya dalam sebuah grup percakapan elektronik.
Percakapan tersebut kemudian diketahui oleh salah satu orangtua korban.
“Dalam grup itu, para korban sempat saling mengejek karena pernah mengalami perbuatan asusila dari pelaku. Dari sana, kasus ini mulai terungkap,” kata Salamet.