Masyarakat Indonesia baru-baru ini dikagetkan dengan munculnya grup Facebook bernama Fantasi Sedarah.
Diketahui, terdapat lebih dari 30 ribu orang bergabung dalam komunitas Facebook tersebut. Pihak kepolisian pun bergerak cepat dan menangkap pelaku yang berada di balik komunitas menyimpang ini.
Kasus tak wajar ini sangat dikecam masyarakat luas. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog menjawab kasus tak biasa ini dari sisi psikologis.
Menurutnya ada banyak faktor yang dapat mendasari seseorang memiliki perilaku yang mengarah kepada inses.
Baca juga: Biaya Kuliah Kedokteran 2025 di UI, Unair dan Unhas
Mulai dari trauma, minimnya nilai agama, sosial, dan faktor lainnya. Menurutnya, tidak selalu orang melakukan inses karena trauma, walau memang ada beberapa mengalami trauma relasi sebelumnya.
“Inses terjadi karena relasi yang selama ini ada di keluarga terjadi secara bebas dan biasanya setting rumah merangsang untuk melakukan hubungan intim. Atau tidak tersentuh nilai agama sejak kecil,” papar Dewi dikutip dari laman Unair, Sabtu (24/5/2025).
Selain itu, orang dengan rasa ingin tahu yang tinggi juga mungkin tertarik dengan komunitas semacam ini.
Ditambah jika mereka memiliki sifat sulit menolak ajakan orang lain akan berpotensi menjadi korban hubungan inses.
Sebab, ada relasi kuasa yang mendorong seseorang sulit menolak, sehingga terjadi hubungan inses yang tidak diinginkan.
Baca juga: Guru Besar Emeritus Unair: Kolegium Kedokteran Tak Tunduk Kepada Penguasa
Seseorang harus memiliki pengetahuan dan pendampingan mengenai risiko kesehatan dan reproduksi karena hubungan inses. Pengetahuan ini sudah seharusnya diberikan sejak dini.
Tetapi, kenyataannya topik mengenai inses seringkali dianggap tabu karena orang dengan hubungan darah dinilai menjadi orang yang justru dapat melindungi.
Dia menambahkan, ketika anak memasuki masa baligh, memang harus dipisah untuk tidurnya untuk laki-laki dan perempuan.
Kemudian nilai moral tentang relasi laki-laki dan perempuan harus sudah diajarkan sejak sebelum pubertas.
“Batasan tentang sentuhan harus mulai diajarkan sejak dini,” ungkap Dewi.
Dewi juga mengungkapkan langkah preventif untuk menghindari kecenderungan pada hubungan yang menyimpang. Misalnya dengan mencari komunitas yang memberikan manfaat rohani maupun ragawi.
Baca juga: Tips Dosen Unair Dapat Beasiswa Australia Awards, Tanpa Punya LoA
Contohnya komunitas rohani, game, hingga komunitas olahraga. Terutama ia menekankan pada kegiatan fisik yang harus seseorang lakukan.
“Banyak aktivitas yang bersifat fisik yang harus dilakukan. Hal ini agar membuat badan dan pikiran segar karena oksigen yang mengalir dengan baik, sehingga tawaran komunitas yang menyimpang tidak lagi menarik,” pungkas Dewi.