Home / Peristiwa / Jemaah Haji Lansia Rentan Dehidrasi Selama Penerbangan, Apa yang Harus Dilakukan?

Jemaah Haji Lansia Rentan Dehidrasi Selama Penerbangan, Apa yang Harus Dilakukan?

Jakarta Banyak risiko kesehatan mengintai para jemaah haji lansia. Salah satunya dehidrasi selama penerbangan. Dokter Aulianto dari Pos Kesehatan Bandara yang dikelola Indonesia di Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah menerangkan kondisi kesehatan itu bisa terjadi meski suhu di dalam pesawat dingin. Itu lantaran banyak lansia yang malas makan dan minum selama penerbangan.”Mau ke toilet juga takut, akhirnya dia enggak minum. Dia dehidrasi, kekurangan cairan,” kata Aulianto kepada yang tergabung dalam Media Center Haji 2025 di Jeddah, Minggu, 18 Mei 2025.Belum lagi menu makanan di pesawat berbeda dari yang biasa disantap orang tua sehari-hari. Selera pun akhirnya hilang. Namun, pendamping atau petugas tetap harus meminta jemaah haji lansia untuk makan dan minum.”Ini harus disampaikan ke jemaah haji bahwa mereka harus tetap makan dan minum di atas pesawat,” ujarnya.Di sisi lain, tim dokter kloter semestinya memantau ketat kondisi para jemaah haji, khususnya lansia dan mereka yang berisiko tinggi, selama penerbangan hampir 10 jam. Dengan begitu, mereka bisa cepat-cepat menyuapi atau membujuk jemaah yang melewatkan waktu makan dan minum.”Misal dicek setiap tiga jam sekali atau enam jam sekali,” katanya.Dehidrasi yang tak segera ditangani akan berakibat fatal. Risikonya semakin tinggi bila jemaah lansia itu memiliki komorbid atau penyakit bawaan seperti diabetes atau kencing manis.”Kalau kencing manis, masuknya bakteri itu cepat sekali,” kata Aulianto. Aulianto yang berdinas di Balai Karantina Kesehatan Kelas 1 Mataram itu juga menyarankan agar jemaah haji laki-laki yang berihram segera membasahi kain ihramnya saat mendarat di Jeddah.Petugas haji bisa membantu mengingatkan jemaah untuk membasahi ihramnya di toilet bandara, terutama jika dia bukan melalui jalur fast track atau Makkah Route.”Apalagi ketika keluar pesawat kaya gini, kalau suhu panas gini, dengan ihram basah, dia lebih segar, enggak kering,” katanyaHal itu dimaksudkan untuk mencegah jemaah mengalami heat stroke. “Heat stroke adalah kondisi di mana suhu tubuh kita tinggi, kita kekurangan cairan, kemudian naik suhu tubuh kita dengan udara, environment, yang kayak begini panas,” jelasnya.Dengan membasahi kain ihram, sambung dia, otomatis yang terserap oleh panas matahari itu adalah air di kain ihram, bukan cairan di dalam tubuh. “Dia juga adem, coba deh,” imbuhnya. Aulianto mengapresiasi kebijakan pemerintah, khususnya Kementerian Agama, yang membuat syarat Istithoah untuk setiap calon jemaah haji sebelum melunasi biaya hajinya. Dengan begitu, status kesehatan jemaah menjadi syarat layak atau tidaknya jemaah untuk naik haji atau tidak.”Pada waktu pemeriksaan kesehatan harus benar-benar dilakukan dengan baik, pada waktu dilakukan pembinaan di dinas kesehatan untuk jemaah haji. Biasanya untuk orangtua kalau diabet, obati penyakitnya, kasih obat diabet,” ia mencontohkan.Begitu pula dengan jemaah haji lansia yang memiliki gangguan pernapasan. Semua harus rutin dikontrol sehingga saat pemeriksaan kesehatan berikutnya, ia betul- betul Istithoah.”Selama melunasi, pemberangkatan, dia harus terbina terus sama teman-teman dinas kesehatan, dan kerja sama. Biasanya kalau di puskesmas sama teman-teman KUA. Selain manasik ilmu hajinya, manasik kesehatannya juga,” ia menjelaskan.”Ngajarin gimana caranya latihan jalan, supaya endurance jemaah bagus. Kita tahu kan ibadah haji ibadah fisik yang melelahkan sekali,” ia menambahkan. Hingga Senin, 19 Mei 2025, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Daerah Kerja Makkah dan Madinah mencatat 7.957 kasus ISPA di kalangan jemaah haji Indonesia. Angka ini cenderung akan meningkat seiring dengan dengan meningkatnya kepadatan dan mendekatinya musim panas di Arab Saudi.Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, dr. M. Imran menyampaikan bahwa suhu di Makkah dalam dua hari terakhir tercatat berkisar 42–46 derajat celcius. Kondisi diperparah dengan meningkatnya kepadatan jemaah dari berbagai negara yang mulai memasuki Kota Makkah.”Jumlah jemaah yang datang semakin bertambah, baik dari Madinah maupun dari Tanah Air. Saat ini, lebih dari 71 ribu jemaah haji Indonesia telah berada di Makkah, dan akan terus bertambah hingga mencapai 203 ribu orang,” ujar dr. Imran dalam konferensi pers di Kantor Urusan Haji Makkah, Senin (19/5/2025), dikutip dari rilis yang diterima .Situasi kepadatan dan suhu tinggi, sambung dia, berpotensi menimbulkan kelelahan, dehidrasi, hingga memperparah kondisi kesehatan jemaah haji, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan pernapasan.Menurut dia, sekitar 80 persen jemaah tergolong kelompok berisiko tinggi (risti), termasuk lanjut usia dan penderita penyakit penyerta. 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *