Home / REGIONAL / Jejak Tuban sebagai Pelabuhan Internasional di Era Kerajaan Hindu-Budha

Jejak Tuban sebagai Pelabuhan Internasional di Era Kerajaan Hindu-Budha

TUBAN, Kabupaten Tuban merupakan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur, yang terletak di pantai utara Jawa dengan luas 1.839 kilometer persegi dan jumlah populasi penduduk mencapai 1.258.368 jiwa.

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Tuban hingga saat ini banyak yang bekerja di bidang pertanian dan perikanan, selebihnya bekerja di bidang perdagangan dan pegawai negeri.

Pada abad ke-16, secara geografis wilayah Kabupaten Tuban berbatasan dengan Sedayu (Cedayo) di sebelah timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan Negeri Cajongam dan Rembang yang saat ini masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Baca juga: Lingga-Yoni Terbesar di Nganjuk yang Diduga Dirusak Diperkirakan Peninggalan Kerajaan Medang

Sejarah panjang peradaban di Kabupaten Tuban sendiri diketahui sudah ada sejak masa pemerintahan Kerajaan Jenggala sekitar abad ke-11.

Sejarawan Muda Tuban, Teguh Fatchur Rozi, mengungkapkan, jejak peradaban kuno di Kabupaten Tuban dapat diketahui melalui temuan berupa batu prasasti Kambang Putih dan prasasti Malenga yang dikeluarkan oleh Sri Mapanji Garasakan sekitar tahun 1052 Masehi.

Baca juga: Cecep, Pemuda Sukabumi yang Konsisten Bersihkan Masjid Berangkat Haji Diundang Kerajaan Arab Saudi

Sri Mapanji Garasakan merupakan putra Raja Airlangga yang diberi wilayah kekuasaan di Jenggala atau wilayah bekas Kerajaan Kahuripan yang berada di pesisir, termasuk wilayah Kambang Putih.

Prasasti Kambang Putih yang sekarang tersimpan di Museum Nasional RI memuat beberapa keputusan raja Sri Mapanji Garasakan yang menetapkan wilayah Kambang Putih sebagai tanah sima atau wilayah perdikan.

Saat Prasasti Kambang Putih ditemukan, kondisi tulisan (inskripsi) dengan aksara Jawa kuno yang ada di prasasti sudah banyak yang haus, dan hanya sebagian baris yang dapat terbaca.

“Inskripsi sisi bagian depan sudah sangat haus dan tidak terbaca lagi, hanya di sisi belakang yang bisa terbaca,” kata Teguh Fatchur Rozi kepada , Sabtu (31/5/2025).

Dalam inskripsi aksara Jawa kuno yang terletak di sisi belakang yang bisa terbaca, dijelaskan keberadaan aktivitas di Kambang Putih sebagai tempat perdagangan menggunakan perahu-perahu besar.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *