Home / Tech News / Jejak Digital di Media Sosial: Dari Gerakan Viral hingga Ruang Publik yang Kompleks

Jejak Digital di Media Sosial: Dari Gerakan Viral hingga Ruang Publik yang Kompleks

Jakarta – Perjalanan media sosial di Indonesia telah menorehkan sejarah panjang dan dinamis sejak pertama kali populer pada tahun 2009.Di awal kemunculannya, media sosial seperti Facebook membawa harapan besar bagi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi dan menyelesaikan berbagai persoalan sosial.Namun, seiring waktu, tantangan dan permasalahan baru pun ikut hadir, menjadikan media sosial sebagai pedang bermata dua.Pada Januari 2009, pengguna Facebook di Indonesia tercatat kurang dari satu juta. Namun hanya dalam waktu kurang dari setahun, angka itu melonjak hingga 16 juta pengguna, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengguna Facebook terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.Lonjakan ini sebagian besar dipicu oleh gerakan sosial digital seperti “1 Juta Facebooker untuk Bibit-Chandra” dan “Koin Keadilan untuk Prita” yang viral pada akhir 2009. Media sosial kala itu menjadi saluran perjuangan warga untuk keadilan sosial.“Banyak komunitas bergerak di bidangnya masing-masing, berusaha menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan media sosial,” tutur Enda Nasution, seorang pengamat dan koordinator gerakan @BijakBersosmed & COO Suvarna.ID saat dihubungi Tekno Selasa (10/6/2025). Platform seperti Twitter, Path, dan Instagram pun turut berperan membentuk ruang dialog dan kolaborasi digital yang aktif. Bahkan, pernah ada upaya lokal mengembangkan media sosial Indonesia bernama “Sebangsa.”Kendati demikian, memasuki 2025, wajah media sosial tak lagi sesederhana dulu. Platform itu kini juga menjadi sumber berbagai persoalan serius seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, hasutan, penipuan, bahkan korban jiwa dan kerugian materi.Meski begitu, sisi positif media sosial tetap menonjol, seperti dalam penyelesaian kasus-kasus viral serta tumbuhnya ekosistem ekonomi digital.Kehadiran para content creator yang menjadikan kreativitas sebagai sumber penghasilan menandakan lahirnya profesi baru yang berakar dari media sosial.”Media sosial jadi dua sisi pisau – di satu sisi berdampak negatif, di sisi lain punya potensi besar bagi masa depan. Keduanya sama-sama mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,” tutur Enda.Jejak awal dari maraknya konten digital di Indonesia sebenarnya bisa dilacak ke era para blogger. Momen penting terjadi pada 27 Oktober 2007 saat 500 blogger dari seluruh Indonesia berkumpul di Jakarta dalam acara bertajuk “Pesta Blogger Pertama.”Dari sana, gerakan konten digital perlahan berkembang hingga kini mendominasi berbagai platform.Tantangan lain yang turut muncul adalah soal keamanan dan privasi digital. Menurut Enda, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perlindungan data pribadi masih belum merata.Akibatnya, berbagai kejahatan digital seperti penipuan dan kebocoran data pribadi marak terjadi. Namun, tak hanya di media sosial tapi juga di seluruh platform digital.”Soal keamanan dan privasi ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah dan pihak-pihak pengumpul data. Namun, pengguna pun perlu mulai sadar dan paham mengenai pentingnya menjaga data pribadi,” ujar Enda.Ia menekankan literasi digital tak cukup, harus ditambah dengan literasi data dan privasi agar masyarakat dapat berinteraksi dengan aman di dunia digital.Isu jejak digital juga menjadi perhatian besar, terutama bagi generasi muda yang lahir di era digital. Kebiasaan memposting tanpa berpikir panjang sejak usia remaja bisa menimbulkan dampak serius di masa depan.Meski hukum di Indonesia melalui revisi UU ITE telah memberikan “hak untuk dilupakan”, kesadaran untuk menjaga jejak digital tetap harus dibangun sejak dini.“Tips sederhana: jangan katakan di media sosial sesuatu yang tidak akan kamu katakan langsung di depan orangnya,” ujar Enda menjelaskan.Ia juga menyarankan agar anak muda membatasi penggunaan nama asli di internet, terutama untuk menghindari pencemaran nama baik yang bisa berdampak pada masa depan, seperti saat melamar beasiswa atau pekerjaan.Sebagai langkah preventif, ia menyarankan kebiasaan mengecek nama sendiri di mesin pencari, termasuk nomor telepon dan rekening pribadi, guna mengetahui jejak digital apa yang telah tertinggal.Jika ditemukan postingan yang memalukan atau merugikan, sebaiknya segera dihapus dan jika diperlukan disertai permintaan maaf atau klarifikasi.Dengan segala potensi dan tantangan yang ada, media sosial tak dimungkiri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *