TEHERAN, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kini menghadapi situasi yang semakin sulit atau mengkhawatirkan.
Sejumlah penasihat militer dan keamanan terdekatnya gugur dalam serangan udara Israel, meninggalkan kekosongan dalam lingkaran dalam kekuasaan yang sangat dia andalkan.
Lima sumber yang mengetahui proses pengambilan keputusan Khamenei menyebut, serangan-serangan tersebut berpotensi meningkatkan risiko kesalahan strategis.
Baca juga: Iran Desak Warga Kota Besar Israel Mengungsi
Salah satu sumber yang rutin mengikuti pertemuan dengan Khamenei menggambarkan kondisi ini sebagai “sangat berbahaya” bagi stabilitas internal dan pertahanan Iran.
Sejumlah komandan militer senior, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Komandan Garda Revolusi Hossein Salami, Kepala Kedirgantaraan Amir Ali Hajizadeh, serta Kepala Intelijen Mohammad Kazemi, dikabarkan tewas sejak Jumat (13/6/2025) lalu.
Mereka termasuk dalam kelompok penasihat elite yang terdiri dari 15 hingga 20 tokoh, mulai dari komandan Garda Revolusi, ulama, hingga politisi.
Kelompok ini, menurut para sumber, tidak memiliki struktur formal, tetapi rutin dikumpulkan oleh kantor Khamenei untuk membahas isu-isu strategis nasional.
“Para penasihat ini memiliki kesetiaan mutlak kepada Khamenei dan ideologi Republik Islam,” ungkap salah satu sumber, sebagaimana diberitakan Reuters pada Rabu (18/6/2025).
Ayatollah Ali Khamenei, kini berusia 86 tahun, dikenal sangat berhati-hati dan tidak mempercayai Barat. Ia menduduki posisi komando tertinggi atas angkatan bersenjata Iran dan memiliki kekuasaan untuk menunjuk atau mencopot pejabat tinggi negara.
Menurut seorang sumber, meski dikenal tegas, Khamenei selalu mempertimbangkan berbagai sudut pandang dari para penasihatnya sebelum mengambil keputusan penting.
“Dua hal yang bisa dikatakan tentang Khamenei, ia sangat keras kepala, namun juga sangat berhati-hati. Itulah mengapa dia bisa bertahan selama ini,” ujar Alex Vatanka, Direktur Program Iran di lembaga Middle East Institute, Washington.
Vatanka menambahkan, Khamenei memiliki kemampuan menghitung untung-rugi secara strategis, dengan satu prioritas utama yakni kelangsungan hidup rezim.
Baca juga: Trump Usulkan Rusia Masuk G7, Sebut Kehadiran Putin Bisa Cegah Perang
Selama masa kepemimpinannya, Khamenei telah berulang kali menggunakan kekuatan Garda Revolusi Iran dan milisi Basij untuk meredam demonstrasi nasional pada 1999, 2009, dan 2022.
Meski berhasil meredakan protes, sanksi Barat telah menimbulkan penderitaan ekonomi yang meluas, yang dapat menjadi bibit kerusuhan di masa depan.
Kini, Iran berada dalam situasi penuh tekanan. Ketegangan militer dengan Israel meningkat, menyusul serangan terhadap situs nuklir dan militer Iran yang dibalas dengan peluncuran rudal Iran.