BANDUNG, Indonesia masih menempati posisi ketiga tertinggi dalam jumlah perokok di dunia. Kondisi ini menjadi sorotan dalam Asia-Pacific Conference on Harm Reduction 2025 yang digelar Universitas Padjadjaran (Unpad).
Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Unpad, Prof Amaliya mengatakan, tingginya prevalensi perokok di Indonesia menuntut solusi yang lebih inovatif dan tidak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan konvensional.
“Indonesia masih berada di posisi ketiga tertinggi dalam jumlah perokok di dunia,” ujar dia, Senin (16/6/2025).
Baca juga: Polisi Gagalkan Peredaran 3.393 Rokok Elektrik Mengandung Obat Bius Hewan di Batubara
Menurutnya, konferensi ini menjadi kesempatan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta menyampaikan gambaran komprehensif dari temuan dan penelitian terbaru tentang merokok dan strategi harm reduction.
Prof Riccardo Polosa dari Universitas Catania, Italia, menekankan pentingnya memadukan strategi berhenti merokok dan pendekatan harm reduction sebagai dua pilar utama dalam mengurangi dampak buruk tembakau.
“Upaya berhenti merokok dan harm reduction bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan satu kesatuan yang saling terintegrasi. Tidak ada gunanya memperdebatkan hal-hal kecil yang justru menghambat kemajuan kita,” tegasnya.
Baca juga: Rampok Toko di Bangka Barat, Pelaku Gasak Cokelat dan Rokok
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset, Kerja Sama, dan Pemasaran Unpad, Prof Rizki Abdulah mengatakan, konferensi ini penting untuk memperkuat jejaring riset lintas negara serta menjembatani kolaborasi antara akademisi dan pembuat kebijakan dalam mengendalikan konsumsi tembakau.
“Indonesia, seperti banyak negara lain di kawasan Asia, saat ini berada pada titik kritis dalam pengendalian tembakau. Maka dari itu, kita memerlukan pendekatan berbasis bukti yang kuat, agar kebijakan publik yang dihasilkan memiliki fondasi yang kokoh dan berdampak nyata,” ujar Rizki.